Rabu 10 Jul 2019 20:14 WIB

BMKG: Pernah Terjadi Tsunami di Selatan Jawa

BMKG mengatakan bencana bisa datang setiap saat mengingat Indonesia rawan tsunami.

Tsunami diilustrasikan di Museum Tsunami Banda Aceh, Aceh.
Foto: Republika/Reiny Dwinanda
Tsunami diilustrasikan di Museum Tsunami Banda Aceh, Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengungkapkan hasil penelitian terhadap sedimen yang ada di selatan Jawa. Berdasarkan penelitian tersebut terungkap bahwa wilayah tersebut pernah terjadi tsunami beberapa ratus tahun sebelumnya.

"Sudah ada catatan daerah tersebut rawan terhadap gempa dan tsunami dan karena itu BMKG menyambut baik Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami," kata Rahmat saat jumpa pers Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Rahmat mengatakan, pihaknya akan menurunkan personel-personel yang ada di stasiun-stasiun BMKG yang ada di wilayah selatan Jawa untuk menjadi peserta ekspedisi tersebut. Sasaran BMKG terhadap ekspedisi tersebut adalah untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat setempat tentang produk-produk sistem peringatan dini.

"Karena akan percuma ada informasi melalui sistem peringatan dini bencana kalau tidak dipahami oleh masyarakat," tuturnya.

Rahmat mengatakan, bencana bisa datang setiap saat. Apalagi, Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak sesar merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa dan tsunami.

"Sistem peringatan dini gempa dan tsunami sudah dibangun, namun hal itu akan percuma bila kepedulian masyarakat terhadap potensi bencana tidak disiapkan," katanya.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, 5.744 desa yang ada di seluruh Indonesia rawan terhadap tsunami. Ia mengungkapkan bahwa selatan Jawa saja terdapat 584 desa yang rawan tsunami. Wilayah selatan Jawa penting untuk memiliki kesiapsiagaan terhadap tsunami karena penduduknya cukup banyak dan menjadi tujuan pariwisata.

"Bila terjadi tsunami, korbannya akan sangat banyak bila masyarakatnya tidak tangguh," katanya.

Lilik mengatakan, ekspedisi tersebut merupakan bagian dari program kesiapsiagaan atau pencegahan yang akan dimulai pada Jumat (12/7) di Banyuwangi dibuka Kepala BNPB Doni Monardo. Pada jumpa pers Ekspedisi Destana Tsunami itu, selain Rahmat dan Lilik, narasumber yang hadir adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Kementerian Dalam Negeri Safrizal ZA, dan koordinator tim penulis Ekspedisi Destana Tsunami Trinirmalaningrum.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement