REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten terus mengupayakan pengembangan potensi sektor perikanan. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi Hydro Colour dan Fish GIS yang berfokus pada pemantauan air laut dan kondisi strategis ikan laut. Keduanya dinilai dapat mempermudah nelayan dalam menjaring ikan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Sekertaris Daerah (Sekda) Banten Al Muktabar, saat menghadiri acara Workshop Internasional Kaji terap teknologi Hydro Colour dan Fish Gis di Ballroom Bappeda Banten, Kota Serang, Selasa (9/7).
“Kita berencana lebih memperhatikan kemaritiman di Banten, untuk itu semoga kita bisa menghasilkan teknologi baru agar dampaknya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat terutama nelayan” kata Sekda Banten Al Muktabar.
Dalam implementasi teknologi ini, Pempriv Banten bekerjasama dengan Menristekdikti dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam workshop ini Pemprov mengundang setiap unsur terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga para kelompok nelayan dari berbagai daerah Bekasi, Karangantu, dan Sukabumi.
Turut hadir pula, para pakar yang mumpuni dari berbagai negara, seperti Jepang, Kanada, China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Menurut Sekda Banten, saat ini potensi ikan dan laut sangat tinggi, namun selama ini nelayan Banten masih banyak menggunakan tenaga manual. Untuk itu, Sekda berharap ada sejenis teknologi yang mempermudah nelayan dalam menjalankan kerjanya.
“Kita sadari betul potensi laut dan ikan di Banten sangat tinggi, sayangnya teknik kita belum maksimal. Semoga hasil workshop ini menghasilkan teknologi yang mempermudah para nelayan, saya juga mau mengajak setiap individu untuk menjaga dan melestarikan ekosistem laut di Banten," jelas Sekda.
Acara tersebut dihadiri juga oleh Deputi kepala Badan pengkajian dan penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Soni Sulistia Wirawan. Menurutnya, workshop ini kedepannya jjangan hanya menjadi kegiatan seremonial semata dan harus ada pengawasan berkelanjutan.
"Ini kan ada yang dari Bekasi, Indramayu, Depok juga ada jadi sayang sekali kalo acara ini cuma seremonial, harus ada controlling berkesinambungan," kata Soni.
Salah seorang nelayan dari kelompok nelayan di Karangantu, Kadma (45) mengatakan, dirinya memang selama ini lebih sering melakukan aktivitas nelayan menggunakan tenaga manual, sehingga ia berharap hasil dari workshop ini bisa mempermudah profesinya.
“Saya belum tahu bentuk teknologinya seperti apa, yang jelas saya harap bisa memudahkan kerjaan saya karena kan selama ini kita kebanyakan pakai alami aja gitu,” tutur Kadma.
Acara workshop yang digelar dua hari tersebut, berlangsung sejak 9 hingga 10 juli, dengan pelaksanaan bahasan teori di hari pertama dan praktik di hari kedua bersama para ahli.