Selasa 09 Jul 2019 23:43 WIB

Jembatan Apung di Waduk Saguling Bantu Akses Transportasi

Warga yang ingin ke Cimahi atau Batujajar bisa melewatinya namun berbayar.

Rep: Muhammad Fauzi Rdwan/ Red: Andi Nur Aminah
Jembatan apung di waduk Saguling menjadi salah satu jalan alternatif bagi warga yang memakai kendaraaan atau berjalan kaki  hendak melintas dari Saguling menuju Batujajar. Dibandingkan harus memutar melalui Kota Baru Parahyangan dan Padalarang. Jalur alternatif ini lebih singkat.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Jembatan apung di waduk Saguling menjadi salah satu jalan alternatif bagi warga yang memakai kendaraaan atau berjalan kaki hendak melintas dari Saguling menuju Batujajar. Dibandingkan harus memutar melalui Kota Baru Parahyangan dan Padalarang. Jalur alternatif ini lebih singkat.

REPUBLIKA.CO.ID, BATUJAJAR --  Sebagian masyarakat di Kecamatan Saguling yang hendak menuju ke Padalarang atau ke Cimahi harus memutar arah dan menempuh perjalanan waktu sekitar satu jam lebih. Namun, dengan adanya jembatan apung di waduk Saguling, mereka yang hendak menuju Cimahi atau Batujajar bisa melewatinya dengan membayar biaya retribusi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pantauan, para pengendara yang berasal dari arah Batujajar yang hendak menuju Kecamatan Saguling ataupun sebaliknya memanfaatkan jembatan apung. Saat berada di ujung jembatan, terdapat beberapa orang yang menjaga.

Baca Juga

Diketahui, jembatan apung tersebut dibangun oleh pihak swasta. Besaran retribusi untuk motor yang melintas sebesar Rp 5000. Kemudian untuk pejalan kaki sebesar Rp 2000 dan untuk sepeda Rp 2000. Namun, tarif tersebut tidak mutlak diberlakukan sebab ada saja pengendara yang tidak membayar atau membayar seikhlasnya.

Sebelum jembatan tersebut ada, para pengendara motor atau masyarakat yang hendak melintas harus menggunakan perahu. Satu kali perjalanan pulang pergi bisa menghabiskan biaya mencapai Rp 60 ribu. Jalur darat sebenarnya bisa ditempuh namun relatif jauh.

Jembatan tersebut menghubungkan Kampung Mariuk, Desa Girimukti, Saguling dengan Kampung Cibogo, Desa Pangauban, Batujajar. Lebar jembatan kurang lebih empat meter dengan bisa dilewati dua sepeda motor berlawanan arah.

Penyangga jembatan sendiri berupa puluhan pelampung. Jembatan sendiri terbuat dari kayu dan akan bergoyang ketika ada pengendara motor yang melintas.

Salah seorang pengelola jembatan apung, Gofur mengungkapkan pihaknya berupaya membantu warga yang hendak melintas. Menurutnya, jika dulu memakai perahu terbilang menghabiskan biaya besar maka jika melewati jembatan lebih rendah pengeluaran.

Menurutnya, di wilayah Bandung Barat terdapat tiga jembatan apung yang dikelola dan satu lainnya di Baleendah, Kabupaten Bandung. Retribusi yang diambil digunakan katanya untuk perawatan jembatan.

"Kalau anak sekolah, pegawai desa dan guru digratiskan, Kita tidak paksakan (tarif), lihat dari kemampuan dan kesadaran (pengendara yang melintas)," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement