REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fasilitasi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia (BPI) Agung Sentausa Badan menyebutkan perlu penguatan dari hulu ke hilir mulai di bidang pendidikan hingga eksibisi untuk mendukung pertumbuhan industi perfilman Indonesia.
"Titik kritis ada di dua titik, di ujung hulu sama ujung hilir. Ujung hilir itu adalah distribusi dan eksibisi, yang hulunya itu adalah edukasi, tapi yang di tengahnya itu adalah filmpreneur (pengusaha film) dan usaha di bidang perfilman," kata dia usai konferensi pers "Road to Akatara Indonesia Film Business and Market" di Jakarta, Selasa (9/7).
Dia menjelaskan seluruh rangkaian dari hulu dan hilir tersebut harus dipastikan berjalan kondusif dalam perspektif usaha perfilman sehingga membentuk ekosistem untuk industri perfilman tumbuh.
Ia menambahkan hingga saat ini kurang dari 15 sekolah menawarkan program setara dengan sarjana untuk sektor perfilman.
"Ini menjadi tantangan bagaimana kita bukan hanya memperluas pendidikan formal tapi juga pendidikan nonformal, tapi juga kendalanya siapa sih yang bisa jadi pengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kualitas pelaku dalam perfilman Indonesia," terangnya.
Menurut Agung, masyarakat dalam dunia perfilman Indonesia masih lebih banyak cenderung menjadi pembuat film, padahal pemangku kepentingan lain untuk ekosistem perfilman antara lain kritikus, peneliti, pengajar, pemilik rumah produksi, pelaku distribusi, pengusaha bioskop, dan pengusaha platform digital.
Untuk itu, dia mengatakan tantangan ke depan adalah bagaimana melengkapi ekosistem itu agar menjadi utuh dan bermanfaat maksimal.
Dia menambahkan penting untuk menjaga pertumbuhan perfilman Indonesia yang saat ini baik untuk berkembang makin baik dan berkelanjutan dalam jangka waktu sangat panjang.
Bukan hanya untuk sekarang atau jangka 2 hingga 5 tahun mendatang tapi untuk selamanya, dengan orientasi agar perfilman Indonesia kemudian bisa bertahan dan mempunyai daya kompetisi tinggi baik dalam negeri, regional maupun internasional.
"Jadi menumbuhkan pelaku perfilman yang bukan membuat film tapi khususnya pengusaha film yang tidak cuma buat film, tidak cuma produksi film, tapi ada yang lain dalam ekosistem perfilman Indonesia," tambahnya.