Senin 08 Jul 2019 17:47 WIB

Sawah Kering, Petani Indramayu Jual Tanah untuk Bata Merah

Petani menjual tanah sawah yang kering untuk memeroleh pendapatan saat kemarau.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Petani menyiapkan mesin pompa air di areal persawahan yang mengalami kekeringan di Penganjang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (6/8).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Petani menyiapkan mesin pompa air di areal persawahan yang mengalami kekeringan di Penganjang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kekeringan yang melanda areal persawahan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, membuat para petani di daerah itu harus memutar otak agar tetap dapat bertahan hidup. Hingga saat ini, luas areal yang mengalami puso (gagal panen) di daerah itupun telah mencapai ratusan hektare.

‘’Saat sawah kekeringan, kita (petani) mau dapat uang dari mana?,’’ tutur Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, Senin (8/7).

Baca Juga

Waryono mengatakan, karena tak bisa memperoleh penghasilan dari tanaman padi yang mengalami kekeringan, petani pun memilih menjual tanah yang ada di sawahnya untuk dijadikan bata merah. Tanah tersebut merupakan tanah yang ada di bagian permukaan atas lahan sawah yang sudah sangat kering dan retak-retak akibat kekeringan.

Dengan menjual tanah di sawah untuk pembuatan bata merah, Waryono menyatakan, petani kecil bisa memperoleh uang untuk bertahan hidup. Pasalnya, musim kemarau masih akan berlangsung beberapa bulan lagi hingga datangnya musim tanam rendeng di musim penghujan.

Waryono menambahkan, tak hanya memperoleh uang, penjualan tanah di permukaan atas lahan sawah untuk pembuatan bata merah juga memberi keuntungan lain. Hal itu bisa membuat pengolahan tanah saat musim tanam rendeng menjadi lebih mudah.

‘’Karena tanah kering di bagian atasnya diambil, maka tanah sawah di bagian bawahnya akan tetap gembur dan tidak keras. Jadi proses pengolahan lahan untuk ditanam kembali tidak terlalu sulit,’’ kata Waryono.

Selain dengan cara itu, kata Waryono, ada juga sejumlah petani di Kecamatan Kandanghaur yang beralih menanam semangka. Dia menyebutkan, ada sekitar 15 hektare sawah di daerahnya yang kini ditanami semangka.

‘’Nyiramnya terpaksa gunakan air yang sudah berasa asin. Tapi, syaratnya akar tanaman jangan sampai terendam air yang asin,’’ kata Waryono.

Waryono menambahkan, semua cara itu dijalani petani pemilik lahan yang memiliki modal pas-pasan. Sedangkan bagi para buruh tani, mereka bertahan hidup dengan cara alih profesi, salah satunya dengan menjadi tukang bangunan.

Sementara itu, mengenai kondisi kekeringan di Kecamatan Kandanghaur, Waryono menjelaskan, hingga kini air yang sebelumnya dijanjikan tak kunjung tiba ke wilayahnya. Menurutnya, saluran air di wilayah Kecamatan Kandanghaur benar-benar kosong.

Waryono menyebutkan, saat ini sudah sekitar 470 hektare tanaman padi yang mengalami puso (gagal panen). Lahan tersebut tersebar di Desa Karangmulya seluas 200 hektare dan di Desa Karanganyar sebanyak 270 hektare. Tanaman tersebut rata-rata berusia sekitar 70 hari.

Selain tanaman yang sudah puso, Waryono pun menyebutkan masih ada sekitar 1.500 hektare lahan lainnya yang sudah terancam puso. Dia berharap, pasokan air segera datang untuk menyelamatkan tanaman tersebut.

‘’Kalau dalam waktu dekat air tidak segera datang, ya tanaman padi yang 1.500 hektare itu juga bisa puso,’’ kata Waryono. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement