Ahad 07 Jul 2019 22:33 WIB

Damkar: Musim Kemarau Rawan Kebakaran

Masyarakat diajak untuk melakukan antisipasi dimulai dari lingkungan tempat tinggal.

Kebakaran di Jakarta (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kebakaran di Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim kemarau rawan terjadi kebakaran karena api cepat meluas di saat udara kering. Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat pun mengajak masyarakat melakukan upaya antisipasi dimulai dari lingkungan tempat tinggal.

"Tingkatkan kehati-hatian, jika terjadi kebakaran mesti cepat melapor agar responnya cepat sehingga kerugian bisa ditekan," kata Kepala Operasional Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Jakarta Barat, Rompis Romlih Setiawan saat dihubungi di Jakarta, Ahad (7/7).

Sebelumnya diberitakan, kebakaran melanda Sekolah Pelita yang terletak di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Ahad pagi. Sudin PKP menurunkan 20 unit mobil pemadam kebakaran untuk memadankan api. Api berhasil dipadamkan sekitar puku 09.59 WIB atau 29 menit setelah kejadian.

Diperkirakan luas areal sekolah yang terbakar mencapai 140 meter persegi. Belum diketahui asal apa, dugaan sementara karena korsling listrik.

Menurut Rompis, hampir setiap kecamatan di wilayah Jakarta Barat rawan kebakaran salah satunya Tambora, dan Cengkareng. Tambora sendiri adalah kawasan padat penduduk.

"Kebakaran kerap terjadi di wilayah padat penduduk, 70 persen penyebabnya karena korsleting listrik, ada juga karena kebocoran kompor gas," kata Rompis.

Salah satu penyebab tingginya angka kebakaran karena korsleting listrik dikarenakan kebanyakan aliran listrik yang digunakan oleh warga menempel dari rumah lain atau tidak menggunakan sambungan sendiri.

Pemerintah DKI Jakarta bersama PLN dibantu Sudin PKP Jakarta Barat melakukan operasi listrik atau Opal salah satu upaya untuk mencegah terjadinya korsleting listrik.

Setiap hari Sudin PKP Jakarta Barat menyiagakan personel selama 24 jam. Pada musim kemarau, kinerja petugas lebih berat karena menghadapi tantangan berkurangnya sumber air.

Air merupakan peluru utama pemadam kebakaran. Petugas memanfaatkan air sungai, kali dan gorong-gorong untuk menambah pasokan air ketika melakukan pemadaman.

"Untuk pemadaman kebakaran bisa kita atasi, tapi untuk pendinginan agak sulit karena sumber air ini yang mulai kering," kata Rompis.

Untuk itu, lanjut Rompis, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kehati-hatian agar tidak terjadi kebakaran dengan cara memastikan penggunaan listrik yang aman, mematikan listrik saat hendak keluar rumah dan tidak meninggalkan rumah dalam kondisi sedang memasak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement