Ahad 07 Jul 2019 16:50 WIB

Satgas Citarum Harum Keruk Sedimentasi di Sungai Citarum

Pengerukan dilakukan untuk mengurangi debit air yang masuk ke pemukiman warga.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Sejumlah alat berat tengah mengeruk sedimentasi di Sungai Citarum di wilayah Andir, Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (7/7). Kedalamana sedimentasi bervarisi dari 3 sampai 5 meter.
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Sejumlah alat berat tengah mengeruk sedimentasi di Sungai Citarum di wilayah Andir, Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (7/7). Kedalamana sedimentasi bervarisi dari 3 sampai 5 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, BALEENDAH -- Satuan Tugas (Satgas) Citarum Harum di Sektor 7 melakukan pengerukan sedimentasi di sungai Citarum di empat tempat yaitu di Andir, Rancamanyar, Sukamukti dan Dayeuhkolot. Pengerukan dilakukan untuk mengurangi debit air yang masuk ke pemukiman warga saat musim hujan berlangsung.

Komandan Sektor (Dansektor) 7 Citarum Harum, Kolonel Kavaleri Purwadi mengungkapkan pengerukan sedimentasi dilakukan sejak 5 Mei saat musim kemarau berlangsung. Katanya sebanyak 8 alat berat yang disewa diterjunkan melakukan pengerukan.

Baca Juga

"Saya menggunakan alat (berat) long arm itu empat untuk di air dan ekskavator standar empat di pinggir sungai. Tanah sedimentasi di Andir sebagian saya pindahkan ke Rancamanyar," ujarnya, Ahad (7/7).

Ia mengungkapkan proses pengerukan sedimentasi seharusnya dilakukan tahun 2018 lalu. Namun, rencana tersebut baru terealisasi Mei lalu. Sedangkan target yang ditetapkan sebanyak tiga wilayah namun karena alat berat terdapat empat menjadi empat wilayah yang dilakukan pengerukan.

"Harapannya, tahun lalu saya keruk sepanjang 200 meter dan berpengaruh kepada debit air. Ada beberapa RT RW yang gak banjir kemasukan air," ungkapnya.

Saat ini Purwadi mengatakan proses pengerukan dilakukan kurang lebih sepanjang 1 kilometer. Dengan kedalaman sedimentasi dari 3 hingga 5 meter bahkan lebar sedimentasi di wilayah Andir mencapai 30 meter. Menurutnya, proses pengerukan akan berlangsung hingga akhir Desember 2019.

"Tahun ini sampai Desember (pengerukan). Lalu diharapkan ada pembangunan kirmir agar sedimentasi (yang dikeruk dan disimpan dibantaran sungai) tidak turun lagi," katanya.

Ia menambahkan, personel yang diterjunkan selama proses pengerukan sedimentasi berjumlah 80 orang. Lebih rendah katanya dari jumlah yang diterjunkan pada 2018 sebanyak 100 orang. Delapan orang di antaranya akan melakukan pengawasan.

Saat ini kendala yang dihadapinya yaitu penggunaan alat berat yang dipaksakan. Sehingga sering mengalami kerusakan terlebih alat berat yang dipakai merupakan buatan tahun 2014. "Karena alat ini bukan baru kadang-kadang gak beroperasi dua hari," katanya.

Dirinya berharap agar program pengerukam sedimentasi terus dilakukan dan ditindaklanjuti dengan memasang kirmir sebelum musim hujan. "Saat rapat dengan Gubernur (Jabar), saya sarankan itu (memasang kirmir). Tinggal dari staf gubernur atau PU melaksanakannya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement