Ahad 07 Jul 2019 15:00 WIB

BMKG: Pengurangan Polusi Udara Jakarta Semakin Sulit

Pengurangan polusi udara Jakarta sulit karena curah hujan rendah pada musim kemarau.

Teknologi Hujan Buatan Atasi Polusi Jakarta. Sejumlah gedung bertingkat terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (3/7).
Foto: Fakhri Hermansyah
Teknologi Hujan Buatan Atasi Polusi Jakarta. Sejumlah gedung bertingkat terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan upaya pengurangan polusi udara di Jakarta semakin sulit saat curah hujan rendah pada musim kemarau.

"Ada tiga hal yang membuat polusi semakin menjadi yaitu karena kemarau, kelembaban rendah, dan kerapatan molekul renggang," katanya di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Agam, Sumatera Barat, Ahad (7/7)

Ia mengatakan, saat curah hujan tinggi, air banyak, pencemar udara akan seperti diikat atau dibasuh secara alami. Pencemar yang ada di ketinggian akan dibawa ke permukaan tanah dan yang sudah ada di permukaan tanah akan dialirkan atau diserap.

Kelembaban udara juga mempengaruhi polusi udara. Saat udara lembab, Herizal menjelaskan, molekul polutan mudah terikat sehingga tidak beterbangan bebas di udara lagi.

Selanjutnya, kata Herizal, kerapatan molekul juga mempengaruhi kadar polusi. Saat permukaan cenderung kering maka kerapatan molekul debu dan polutan lainnya akan rendah sehingga mudah beterbangan dan dapat dihirup oleh manusia.

Ia mengatakan, pada musim kemarau seperti sekarang, warga Jakarta bisa ikut mengurangi polusi dengan mengurangi penggunaan kendaraan, memilih menggunakan sarana transportasi massal, atau menggunakan kendaraan dengan emisi rendah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement