REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwam Kamil mengakui saat ini penanganan sampah di Sungai Citarum masih dilakukan seadanya. Hal itu terjadi, karena masih belum tersedianya fasilitas dan alat-alat yang dibutuhkan petugas di lapangan.
"Tahun ini masih merencanakan, maka kegiatan-kegiatan penanggulangan sampah masih seadanya. Belum menggunakan konsep besar," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan akhir pekan ini.
Menurut Emil, hal ini dikarenakan masih minimnya anggaran yang ada untuk program tersebut. Sebab, pinjaman dari Bank Dunia sebesar Rp 1,4 triliun masih belum turun.
"Anggaran dari Bank Dunia baru turun Januari 2020," katanya.
Sambil menunggu cairnya dana tersebut, Emil berjanji akan mengupayakan anggaran agar bisa segera merealisasikan alat-alat yang dibutuhkan untuk membersihkan sampah. "Saya akan negosiasi untuk urusan kebutuhan. Di anggaran perubahan, pemprov saja yang anggarkan. Beli lewat e-catalog. Butuh berapa secara realistis, kita pengadaan oleh provinsi saja, tanpa pengadaan dana pusat," paparnya.
Emil pun memastikan, pihaknya akan bekerja semaksimal mungkin agar rehabilitasi Sungai Citarum mulai dirasakan oleh masyarakat. Emil pun, meminta lokasi-lokasi mana saja yang penumpukkan sampahnya masih banyak terjadi.
"Minta data sampah numpuk di titik mana saja. Biar nanti saya bisa negur bupatinya, atau camatnya, agar jangan cuek. Biar selesai sebelum musim hujan, nanti ramai lagi," katanya.
Menurut Emil, ia pun menggelar rapat dengan 23 Komandan Sektor (Dansektor) Citarum Harum membahas progres revitalisasi Sungai Citarum. Terungkap laporan dari tiap sektor, meskipun volumenya sudah menurun, namun sampah masih menjadi permasalahan utama.
Sebenarnya, kata dia, di lapangan sampah sudah jauh berkurang tapi penumpukan masih ada. Makanya, ia menggelar rapat ini, salah satunya supaya sebulan sekali meng-update kegiatan Citarum ini progressnya seperti apa.
Kepada para Dansektor, Emil selaku Komandan Satgas Citarum mengingatkan bahwa pada musim kemarau revitalisasi akan fokus mengeruk sungai untuk mengurangi banjir di musim hujan.
"Mumpung musim kemarau kita akan genjot pengerukan di sejumlah sektor untuk mengurangi banjir saat hujan," katanya.
Selain itu, kata dia, rampungnya Terowongan Nanjung juga diyakininya akan mengurangi “sumbatan” air penyebab banjir. Progres pembangunan terowongan sepanjang 230 meter saat ini sudah mencapai 80 persen dan ditarget rampung November 2019.
"Saya laporkan juga Terowongan Nanjung sudah 80 persen kalau tidak ada halangan November 2019 selesai. Sehingga di bulan itu digunakan untuk mengurangi lambatnya aliran air yang menyebabkan banjir," kata Emil.
Emil mengatakan, pembangunan danau retensi seluas 6 hektare di Kecamatan Andir juga akan dipercepat. Saat ini, administrasi untuk pembebasan lahan hampir tuntas.
"Kalau administrasinya selesai maka pembebasan lahan untuk danau retensi seluas 6 hektare di Andir akan kami eksekusi segera," kata Emil.
Sejumlah program rehabilitasi Sungai Citarum, kata dia, sudah menunjukkan capaian positif. Salah satunya semakin banyaknya lahan gundul yang sudah ditanami pohon kembali.
Hal ini diungkapkan Asisten Teritorial Kodam III/Siliwangi Kolonel Arh Hasto P saat rapat koordinasi dengan Gubernur Jawa Barat yang juga Komandan Satuan Tugas Citarum Harum Emil. Acara ini dihadiri juga seluruh unsur terkait lainnya seperti komandan di 23 sektor di sepanjang sungai tersebut.
Menurut Hasto, dalam program Citarum Harum ini, salah satu peran Kodam III/Siliwangi adalah penanganan lahan kritis. Hingga sekarang, prajurit abdi negara itu telah berhasil menanam pohon sebanyak 1,988 juta di sepanjang aliran sungai tersebut. Tanaman sejumlah itu tersebar di 1.156,14 hektare lahan yang sebelumnya dianggap kritis.
Selain penanganan lahan kritis, kata dia, TNI pun berperan dalam pembangunan fasilitas MCK dan sanitasi di 148 titik. "Sesuai dengan penugasan kepada kami, ada tujuh outcome. Penanganan lahan kritis, limbah industri, limbah domestik, limbah pertanian dan peternakan," katanya.