Jumat 05 Jul 2019 20:23 WIB

Pengemudi Keluhkan Pungli di Jalintim

Tersangka pungli berpura-pura menjadi penunjuk jalan.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Pungli (ilustrasi)
Foto: obrolanbisnis.com
Pungli (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDAR LAMPUNG – Sejak Jembatan Way Mesuji di Pematang Panggang, perbatasan Kabupaten Mesuji (Lampung) dan Kabupaten Ogan Komering Ilir/OKI (Sumatra Selatan/Sumsel) 17 Juni 2019, pengemudi roda empat dan lebih mengeluhkan banyaknya pungutan liar (pungli) di Jalan Lintas Timur (Jalintim).

Pengemudi mobil pribadi dan truk yang berasal dari Palembang dan juga dari Lampung, kerap mendapat catutan pungli dari oknum warga berprofesi preman di jalintim ruas sekitaran jembatan yang putus karena jebol. Para preman tersebut kerap memaksa dan mematok tarif pungli kepada pengemudi agar bisa lolos dari perjalanan.

Baca Juga

Pungli dari preman setempat mematok tarif berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribu berdasarkan jenis mobilnya. Para pengemudi tak bisa berbuat banyak, terpaksa menyerahkan sejumlah uang kepada preman agar bisa ‘lolos’ dari antrean panjang dan juga memuluskan perjalanan di jalintim.

Yeti, pengemudi asal Palembang tujuan Lampung mengaku diminta preman setempat saat melintas di jalintim ruas OKI perbatasan Sumsel – Lampung. Modus yang dikerahkan para preman setempat, melakukan penunjuk jalan menuju akses Jalan Tol Trans-Sumatra (JTTS). “Dari pada macet lewat jembatan Mesuji, kami cari jalan  menuju tol. Tapi diminta preman Rp 100 ribu, tapi saya terpaksa bayar Rp 50 ribu,” katanya kepada Republika.co.id, Jumat (5/7).

Menurut dia, para preman sudah berjaga di pinggir jalintim untuk mengarahkan pengemudi dari Palembang yang ingin menuju Lampung melewati jalan tol. Ia kesal karena para preman mematok tarif bahkan sempat terjadi keributan karena preman mau meminta tambahan uang.

Para pengendara tidak melanjutkan perjalanan menuju perbatasan Jembatan Way Mesuji, karena antrean melintas di jembatan sangat panjang dan harus menunggu berjam-jam. Salah satu jalan yakni melintas di jalan tol. Namun, akses menuju jalan tol banyak yang tidak tahu, sehingga banyak warga setempat yang menawarkan diri membuka jalan desa hingga ke temu jalan tol.

Zaprul, warga Palembang lainnya yang juga ingin berlibur di Lampung menyesalkan maraknya aksi pungli di jalintim. Seakan, ujar dia, jembatan putus menjadi ladang mencari tambahan bagi oknum warga yang berprofesi preman. Tidak adanya petugas di wilayah tersebut, membuat preman semakin merajalela menekan pengemudi yang melintas. “Itu preman yang minta-minta duit, padahal jembatan putus malah cari kesempatan,” tuturnya.

Hal yang sama terjadi pada pengemudi dari arah Lampung menuju Kota Palembang. Baik mobil pribadi maupun angkutan penumpang, juga menjadi incaran para preman untuk mencari kesempatan dalam putusnya Jembatan Way Mesuji.

“Karena antrean panjang, banyak preman berkeliaran cari kesempatan menunjukan jalan ke jalan tol. Tapi mereka minta uang,” kata Hendri, pengendara mobil pribadi tujuan Palembang.

Kapolres OKI AKBP Donni Eka Syaputra membenarkan telah menangkap dua preman yang pekerjaan melakukan pungli kepada pengendara di jalintim. “Keduanya telah diamankan jajaran Polsek Mesuji,” katanya.

Dua preman tersebut yakni Na (28 tahun), dan SI (29), warga Blok M Dabuk Rejo, Kecamatan Lempuing, OKI. Keduanya melakukan pungli pada akses menuju jalan tol di Desa Suka Mukti, Kecamatan Mesuji. Selain menangkap kedua tersangka, polisi menyita barang bukti uang Rp 350 ribu dan satu unit sepeda motor.

Menurut keterangan polisi, kedua tersangka melakukan pungli dengan modus menjadi penunjuk jalan kepada pengemudi mobil untuk menuju akses jalan tol di Desa Sukamukti, Kecamatan Mesuji. Setelah mengiringi mobil, mereka meminta uang.

Jembatan Way Mesuji putus karena jebol setelah dua truk sarat muatan melintas pada 17 Juni 2019. Arus kendaraan di jalintim terputus total, kendaraan dialihkan ke jalan lintas tengah. Namun, jembatan darurat di tempat tersebut telah selesai, namun saat melintas terjadi antrean panjang.

Kendaraan dari dua arus berlawanan tidak mau menunggu lama dalam antrean untuk melintasi di jembatan, terpaksa mencari jalan menuju jalan tol. Namun, akses menuju jalan tol melalui jalan kampung. Saat itulah kesempata para preman oknum warga setempat melakukan pungli, dengan modus penunjuk arah ke jalan tol. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement