Sabtu 06 Jul 2019 00:01 WIB

1.992 Hektare Sawah di Yogyakarta Gagal Panen

Selain karena kering, gagal panen juga karena petani salah perkirakan masa tanam.

Sejumlah anak memanfaatkan areal persawahan yang terdampak kekeringan untuk bermain bola.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Sejumlah anak memanfaatkan areal persawahan yang terdampak kekeringan untuk bermain bola.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan selama musim kemarau tercatat seluas 1.992 hektare lahan padi di provinsi tersebut mengalami puso atau gagal panen akibat kekeringan.

"Padi puso seluas 1.992 hektare yaitu padi tadah hujan," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor BPBD DIY, Jumat (5/7).

Baca Juga

Menurut Biwara, sebaran tanaman padi puso tersebut paling dominan terdapat di Kabupaten Gunung Kidul dengan luasan mencapai 1.918 hektare. Sedangkan 74 hektare sisanya tersebar di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Sleman.

Untuk mengatasi hal itu, menurut dia, dinas pertanian tingkat kabupaten dan provinsi telah membagikan pompa air melalui kelompok pertanian di masing-masing kabupaten. Biwara mengatakan Kabupaten Gunung Kidul memang menjadi wilayah paling banyak terdampak bencana kekeringan. Hingga saat ini tercatat lima kecamatan di kabupaten itu yakni Girisubo, Rongkop, Palihan, Tepus, dan Panggang yang hingga saat ini paling banyak membutuhkan dropping air bersih.

"Yang paling banyak butuh dropping air bersih di Girisubo. Sampai akhir Juni sudah 200 tangki," kata Biwara.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian (Distan) DIY Sasongko menyebut selain faktor kekeringan, banyaknya lahan pertanian yang gagal panen disebabkan banyak petani salah memperkirakan musim tanam. Tanaman padi yang terancam dan telah mengalami gagal panen rata-rata baru ditanam pada masa tanam kedua pada April 2019.

"Karena kemarin hujan datangnya mundur kemungkinan (perkiraan petani) selesainya (musim hujan) juga mundur, tapi ternyata tidak. Sehingga petani ada yang menanam dua kali. Ada yang menanam November dan Maret sudah panen, ada yang baru tanam pada April," kata dia.

Merespons hal itu, menurut Sasongko, Distan DIY bersama Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyalurkan bantuan sebanyak lima ton benih padi, ditambah bantuan alat mesin pertanian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY. Selain memberikan bantuan benih, Distan DIY juga tengah mengupayakan seluruh petani di DIY mengikuti program asuransi pertanian. Program itu menjadi solusi bagi petani yang sewaktu-waktu mengalami gagal panen.

Petani hanya membayar Rp 36 ribu per hektare lahan dari besaran premi Rp 180 ribu untuk satu musim tanam. Jika gagal panen atau puso mereka bisa mengklaim pertanggungan hingga Rp 6 juta per hektare.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement