Jumat 05 Jul 2019 06:19 WIB

Makam Pangeran Jayakarta Minim Lampu Penerangan

Lantai jalan menuju Makam Pangeran Jayakarta juga mengalami retak.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bilal Ramadhan
 Suasana kesibukan umat Islam pada bulan suci Ramadhan di Masjid As Salafiyah atau biasa disebut juga dengan Masjid Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Senin (30/7). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Suasana kesibukan umat Islam pada bulan suci Ramadhan di Masjid As Salafiyah atau biasa disebut juga dengan Masjid Pangeran Jayakarta, Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Senin (30/7). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, Pendopo bernuansa Islami berwarna hitam dan putih yang berukuran 10 kali 10 meter itu berdiri tegak. Pendopo tersebut merupakan Makam Pangeran Jayakarta. Makam ini bersebelahan dengan Masjid as-Salafiah, tepatnya di Jalan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Namun, makam tersebut terlihat tidak terawat.

Atapnya yang berwarna hitam sudah mulai menipis serta sekeliling pembatas makam keramiknya sudah retak. Karpet di sekitar makam pun tidak berseragam, tapi seadanya saja. Adapun satu rak berwarna abu-abu untuk menaruh Alquran. Alquran tersebut ditumpuk saja sehingga terlihat tidak rapi.

Adapun lima makam yang dihiasi vas bunga keramik dengan diisi bunga melati, sedangkan bunga kering telah terurai di bagian badan makam yang berdasarkan semen dan batu. Lima makam tersebut terbuat dari marmer.

Makam Pangeran Achmad Djakerta paling berbeda dengan lainnya. Sebab, pada makamnya terdapat liang berwarna hitam yang tinggi daripada yang lain dan ada ukiran kuno pada liang tersebut.

Penjaga Makam Pangeran Jayakarta, Mahfud (45 tahun), mengatakan, makam ini tidak pernah sepi pengunjung. Kebanyakan warga berziarah pada malam jumat dan menjelang bulan puasa. Makam ini buka dari pukul 10.00 WIB sampai 24.00 WIB.

“Selalu ada pengunjung pernah juga bulan puasa kemarin ribuan pengunjung. Ada 175 bus dari Bogor. Pada ziarah ke sini. Kebanyakan dari luara Jakarta,” kata Mahfud kepada Republika beberapa waktu lalu.

Namun, lanjut dia, sayangnya Makam Pangeran Jayakarta ini kurang lahan parkir kendaraan. Sebab, hanya ada satu lahan parkir, maka dari itu pengunjung banyak yang parkir kendaraan di pinggir jalan.

Mahfud mengaku lahan parkir saat ini hanya ada satu yang dibangun pada zaman Gubernur DKI Fauzi Bowo. Selanjutnya, sampai sekarang belum ada pembangunan. Hanya, sudah ada dua lahan yang dibebaskan dan dimiliki Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI.

Berdasarkan pantauan Republika, sudah ada dua lahan yang dibebaskan. Lahan pertama tidak terawat dengan tumbuhnya rumput yang tinggi dan plang putih yang bertuliskan “Tanah Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, peruntukan: Makam, Luas: 240 meter persegi”.

Sementara, lahan kedua masih terdapat tembok yang dipenuhi gambar grafiti yang dibuat memakai pilok dan ada warung rokok. Padahal, ada plang putih yang bertuliskan “Tanah Milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, peruntukan: Makam, Luas: 218 meter persegi”.

Kemudian, Mahfud mengeluh tiap malam makam Pangeran Jayakarta kekurangan penerangan lampu. Awalnya, lampu berjumlah tiga tiang. Namun, hanya ada satu lampu yang menyala, sedangkan dua lampu lainnya bermasalah. Ada yang roboh dan tidak diganti dengan yang baru serta tiang lampunya ada, tetapi tidak menyala.

“Sudah laporan ke dinas terkait. Tapi, sampai sekarang belum ada tindak lanjut. Ya, jadi cuma satu lampu. Padahal, di gambar yang saya lihat waktu awal pemasangan ada sepuluh lampu yang akan dipasang. Nyatanya yang dipasang cuma tiga,” ujar dia.

Lalu, lantai jalan menuju Makam Pangeran Jayakarta juga mengalami retak. Sebab, akar pohon sudah menjalar luas. Pohon tua tersebut selain merusak lantai juga tumbang saat hujan turun. Sudah tiga kali tumbang tanpa ada tindak lanjut.

“Kalau angin gede terus hujan, tumbang itu pohon. Tidak pernah ditebang atau dirapikan. Ya, harusnya kan batangnya itu dirapikan agar tidak terlalu lebat dan tumbang. Bahaya juga kan kalau ada pengunjung yang kena,” kata dia menambahkan.

Salah satu pengunjung, Fano (43 tahun), mengatakan, baru pertama kali ke Makam tersebut. Saat ia selesai shalat Zuhur, ia melihat ada pendopo dan makam. Lalu, ia berziarah dan berdoa di Makam Pangeran Jayakarta.

Fano mengaku sering lewat jalan Makam Pangeran Jayakarta. Namun, ia tidak melihat plang yang berdiri menamakan bangunan tersebut merupakan Makam Pangeran Jayakarta.

“Sayang sih, ini kan bersejarah. Harusnya lebih dirawat. Plang di depannya saja tidak ada. Di makamnya juga kurang terawat. Karpetnya rada kotor, harusnya kan bersih. Ya, ini kan wisata ziarah gitu kan. Harus baguslah, lebih bagus jika ada pemandunya dan menjelaskan sejarahnya,” tutur Fano.

Pembebasan Lahan

Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Timur Iwan Wardhana mengatakan, makam Pangeran Jayakarta merupakan cagar budaya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Dengan begitu, mengenai perbaikan cagar budaya itu merupakan tanggung jawab Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

Begini, kalau terjadi kerusakan atau perbaikan, itu ranahnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Kalau Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Timur hanya menyiapkan pekerja kebersihan dan keamanan,” kata Iwan kepada Republika, Kamis (4/7).

Kemudian, kata dia, saat ini memang akan dibangun lahan parkir untuk pengunjung makam Pangeran Jayakarta. Sebab, nantinya makam Pangeran Jayakarta akan sebagai kawasan destinasi wisata religi dan sejarah.

“Tahun ini ada pembebasan lahan anggarannya Rp 23 miliar. Ini //kan// asetnya dipegang provinsi, bukan dinas.Ya, rencananya ada enam bidang tanah yang dibebaskan,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement