REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan, mereka tak meminta jatah menteri ke Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). PSI mengaku sudah cukup senang dengan berkontribusi atas menangnya pasangan calon nomor urut 01 itu di Pilpres 2019.
"Tugas kami adalah memenangkan Pak Jokowi. Kami senang, kami bangga Pak Jokowi menang dengan cara elegan. Jadi kami tidak pernah berpikir soal menteri sama sekali," ujar Wakil Ketua DPW PSI DKI Jakarta Rian Ernest di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Kamis (4/7).
Meski Jokowi pernah mengungkapkan, bahwa mayoritas anggota kabinetnya akan diisi oleh anak muda, Rian mengaku tanggung jawab tersebut sangatlah berat. PSI pun belum dapat memutuskan, jika ada kadernya yang dicalonkan sebagai calon menteri.
"Ini mengabdi ke negara ya, jadi kami belum tahu panggilannya seperti apa. Jadi kami belum bisa memutuskan," ujar Rian.
Rian menjelaskan, tujuan PSI saat ini adalah untuk menghadapi pemilihan legislatif (Pileg) 2024. Mereka ingin dapat meloloskan kadernya ke dalam parlemen.
Namun, PSI tetap mengapresiasi Jokowi yang berencana merekrut menteri dari generasi milenial. Karena menurutnya, masa depan Indonesia akan berada di tangan anak muda.
"Nasib bangsa kita berikutnya di anak muda, jadi secara filosofis kami apresiasi. Lebih dari itu, tidak deh. Kita merasa tahu diri," ujar Rian.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengisyaratkan pembentukan kementerian baru sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Salah satu upayanya adalah memberi tempat buat anak muda dalam kabinet periode keduanya.
Menurut Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Arsul Sani, wacana menteri berusia muda bisa diambil sisi positifnya. Ia menduga wacana itu muncul sesuai dengan visi-misi Jokowo di pemerintahan berikutnya yang ingin fokus mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
"Salah satu aspek pembangunan SDM adalah menyiapkan generasi yang lebih muda untuk siap memimpin negara, pemerintahan, organisasi yang besar," ujarnya.