REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah berharap Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2019 terpilih Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, memaksimalkan peran pendidikan agama untuk membangun karakter generasi muda milenial, di tanah air khususnya di Sulawesi Tengah dan timur Indonesia.
"Terpilihnya KH Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden Indonesia dari pasangan nomor urut 01, memberi harapan tersendiri bagi organisasi keagamaan khusunya MUI," kata Sekretaris Umum MUI Sulawesi Tengah, Dr H Sofyan T Bachmid, di Palu, Selasa (2/7).
Sofyan mengatakan MUI Sulteng berharap dengan ditetapkannya Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden dapat memberikan penguatan dalam pembinaan umat beragama di negeri ini. Sofyan mengemukakan, peran pendidikan agama perlu diperhatikan pemerintah sebagai pondasi dalam pembangungan karakter bangsa.
Selain itu pendidikan agama juga memiliki peran sosial, tanggung jawab sosial dan respon sosial terhadap kepentingan-kepentingan institusi sosial atau organisasi sosial dalam perkembangan kehidupan sosial keagamaan."Fakta yang kita rasakan selama ini, MUI sebagai kumpulan organisasi keagamaan di negeri ini, cenderung hanya dijadikan sebagai pemadam kebakaran," kata Mantan Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan IAIN Palu itu.
Dia mengatakan pandangan MUI dibutuhkan ketika terjadi masalah-masalah sosial keagamaan, sementara tidak diikutsertakan dalam mendesain kebijakan-kebijakan strategis."Ke depan tentu saja kita harapkan berbagai hal bisa diperbarui guna mengoptimalkan peran ulama di tengah masyarakat dan para umara," katanya.
Dari aspek ekonomi, kata Sofyan, juga diharapkan lahirnya kebijakan yang lebih mendukung dan berpihak kepada industri dan usaha dalam negeri, hal ini dimaksudkan guna menghidupkan sektor riil dan menumbuhkan lapangan kerja bagi masyarakat.
"Kita mengakuipemerintahan Jokowi periode kemarin telah berhasil membangun berbagai infrastruktur seperti bandara, tol, jalur kereta api modern, pelabuhan laut, dan mass rapid transit Jakarta dengan alokasi anggaran fantastis," sebutnya.
Namun, kata Sofyan, infrastruktur yang sudah ada itu masih sebatas stabilisator, dan belum menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi.
"Kita ingin infrastruktur yang sudah ada lebih membantu menaikan pertumbuhan ekonomi," ujar dia.
Ia menambahkan infrastruktur yang tersedia harusnya meningkatkan konektivitas, menciptakan efisiensi, dan produktivitas penggunaan sumber daya sehingga biaya produksi turun.
Efisiensi berbagai biaya produksi kata dia, akan melahirkan multi efek dan proses ini akan mendorong ekspansi pada sektor riil sehingga mendongkrak daya beli masyarakat dan mengakibatkan terus terjadinya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.