Rabu 03 Jul 2019 03:00 WIB

Ribuan Hektare Sawah Terdampak Pengeringan Irigasi Serayu

Pengeringan saluran irigasi Serayu diberlakukan per 1 Juli 2019

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Christiyaningsih
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Belasan ribu hektar sawah di wilayah Kabupaten Banyumas dan Cilacap terdampak keputusan pengeringan saluran irigasi yang bersumber dari Bendung Gerak Serayu (BGS). Kondisi ini terjadi menyusul pengeringan saluran irigasi yang diberlakukan per 1 Juli 2019.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengakui ada sekitar enam ribu hektar lahan sawah di wilayahnya yang terkena dampak pengeringan saluran irigasi BGS. "Sawah yang terdampak pengeringan tersebut kebanyakan areal sawah yang berada di wilayah selatan dan timur Kabupaten Banyumas. Mulai dari Kecamatan Kebasen, Kemranjen, Sumpiuh hingga Tambak," jelasnya, Selasa (2/7).

Baca Juga

Bahkan di Kabupaten Cilacap, lahan yang terkena dampak pengeringan irigasi BGS akan lebih luas lagi. Hal ini mengingat areal sawah yang mendapat pasokan air dari irigasi BGS merupakan wilayah lumbung padi mulai dari Kecamatan Maos, Sampang, hingga Kesugihan.

Menurut Widarso, sawah di wilayah irigasi BGS sebenarnya masih sangat membutuhkan pasokan air irigasi mengingat usia tanaman masih berkisar antara 15 hingga 60 hari. "Masih cukup lama membutuhkan pasokan air mengingat usia tanaman padi mulai tanam hingga panen mencapai 90-95 hari," jelasnya.

Untuk menyelamatkan tanaman padi, Widarso mengaku pihaknya telah menyiapkan ratusan  pompa air yang bisa digunakan untuk menyedot air dari aliran sungai di sekitar sawah. Namun bila debit air sungai juga semakin kering, Dinas Pertanian akan mengupayakan pengadaan sumur pantek.

Kepala Urusan Operasional dan Pemeliharaan  Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy Akhmadi mengatakan kegiatan pengeringan Daerah Irigasi Serayu per 1 Juli 2019 sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Ini mengingat perlu segera dilakukan pemeliharaan saluran irigasi dengan melakukan kegiatan perbaikan.

"Program pengeringan irigasi Serayu ini sebenarnya sudah mundur dari jadwal semula. Awalnya, pengeringan direncanakan per 1 Juni 2019. Namun mengingat masih banyak petani yang membutuhkan air, pengeringan diundurkan sebulan dan baru dilaksanakan pada 1 Juli 2019," jelasnya.

Jika pengeringan diundur lagi, maka pihaknya tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan perbaikan saluran irigasi. Rencananya, pengeringan akan berlangsung hingga 15 September 2019.

Akhmadi menyebut untuk membantu petani terdampak, BPSDA memiliki delapan pompa air yang bisa dipinjamkan. "Selain dari BPSDA, dari Dinas Pertanian juga sudah menyiapkan ratusan pompa air yang bisa digunakan petani," katanya.

Selama kegiatan pengeringan, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak akan melaksanakan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Serayu. Pada 2019, program rehabilitasi jaringan irigasi Serayu mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 570 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement