REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang menyatakan hingga saat ini belum menerims laporan kekeringan di sejumlah lahan pertanian. Yang terjadi justru kekurangan air di Gedangan dan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
"Itu pun pada tanaman jagung dan jumlahnya tidak banyak," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang, Slamet Budi Samsul kepada Republika.co.id, Selasa (2/7).
Slamet tidak menampik, kedatangan musim kemarau agak lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Meski demikian, petani setempat sudah mampu mengantisipasinya. Caranya, dengan menerapkan pola tanam baik.
Selama satu tahun, petani biasanya dua kali menanam padi dan sekali untuk jagung. Namun karena memasuki musim kering, maka konsep ini diubah. Polanya menjadi sekali menanam padi dan dua kali pada jagung. "Bahkan, kalau perlu tunda tanam (untuk mengantisipasinya, Red)," katanya.
Dengan adanya fenomena ini, Slamet mengaku sulit mengaliri lahan pertanian dengan irigasi. Apalagi kebutuhan pada tanah kering sepenuhnya dari air hujan. Oleh sebab itu, pemerintah agak sulit memberikan bantuan.
Sejauh ini, dia melanjutkan, pihaknya hanya mampu memberikan imbauan agar petani menerapkan pola tanam yang baik. "Kalaupun diberi pompa, tidak ada sumber air yang diambil. Dan itu tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani," tegasnya.
Di kesempatan lain, Kepala Dinas Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono juga belum menerima laporan kekeringan di wilayahnya. Namun terdapat 10 hektare lahan yang berpotensi mengalami kondisi tersebut. Salah satunya di wilayah Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Adapun langkah antisipasinya, Sugeng menjelaskan, pihaknya akan melakukan pemasangan plastik mulsa pada galengan dan pergantian varietas padi. Pihaknya juga akan melaksanakan pergantian tanaman padi ke jagung. "Serta pembenahan saluran irigasi. Yang ada sementara itu yang bisa dilakukan," tambahnya.