Selasa 02 Jul 2019 10:35 WIB

Tangisan dan Karma Luis Suarez

Itu karma peristiwa 9 tahun silam di mana Suarez merobek hati seluruh suporter Ghana.

Luis Suarez
Foto: EPA-EFE/Raul Spinasse
Luis Suarez

REPUBLIKA.CO.ID, Tim nasional (timnas) Uruguay harus angkat koper dari Copa America 2019. La Celeste disingkirkan Peru lewat drama adu penalti dengan skor 4-5 pada babak perempat final di Arena Fonte Nova, Salvador, Ahad (30/6) dini hari WIB lalu.

Kekalahan Uruguay tersebut membawa kesedihan mendalam bagi Luis Suarez. Ketika skuat Peru merayakan kemenangannya, penyerang Barcelona itu menangis dan meratapi kegagalan Uruguay.

Suarez turun sejak menit awal ketika Uruguay meladeni Peru. Bahkan, bersama Giorgian de Arrascaeta dan Edinson Cavani, Suarez sempat merobek gawang Pedro Gallese. Namun, tiga gol tersebut dianulir oleh video bantuan wasit (VAR) lantaran berbau offside. Setelah 90 menit waktu normal, pertandingan berakhir dengan skor 0-0, laga pun berlanjut ke adu penalti.

Ketika babak tos-tosan, Suarez mengambil giliran pertama untuk mengeksekusi si kulit bundar dari titik putih. Sayangnya, bola yang mengarah ke sisi kanan gawang itu mendarat tepat di perut Pedro yang berhasil memprediksi arah tendangan.

Raut wajah Suarez seketika berubah kecewa, meski belum ada air mata yang berlinang saat itu. Kesedihan Suarez pun mulai tampak saat menyadari dia merupakan satu-satunya eksekutor yang gagal merobek gawang lawan.

Namun, ini bukan kali pertama bagi Suarez melinangkan air mata kekecewaannya. Sebelumnya, Suarez juga pernah menangis tersedu-sedu saat masih membela Liverpool pada 2014.

Pada laga krusial, Liverpool harus puas dengan hasil imbang 3-3 saat melawan Crystal Palace di Selhurst Park pada 5 Mei 2014 silam. Padahal, euforia pemain Liverpool sempat melambung saat memimpin 3-0 hingga menit ke-78.

Kebahagiaan Liverpool itu kandas saat kubu tuan rumah berhasil menyamakan kedudukan dalam 11 menit waktu yang tersisa. Hasil imbang itu membuat peluang Liverpool untuk meraih gelar Liga Primer Inggris semakin tipis mengingat posisinya dibayangi oleh rival, Manchester City, yang hanya tertinggal satu poin dengan dua laga tersisa. Kekhawatiran Suarez pun terjadi di mana Liverpool kembali gagal meraih gelar tersebut.

Selanjutnya, ketika Barcelona gagal melaju ke babak final Liga Champions musim lalu, Suarez harus merasakan kenyataan pahit saat kembali ke kandang mantan timnya di Anfield. Saat itu, Barcelona gagal mempertahankan keunggulan agregat 3-0 dari Liverpool pada leg pertama. Langkah Blaugrana pun harus terhenti setelah kalah 0-4 dari the Reds. Saat itu, air mata kekecewaan menetes dari para penggawa Barca, termasuk Suarez.

Sementara itu, tangisan Suarez pada laga terakhir mengingatkan pada Piala Dunia 2010 saat Uruguay menang 5-4 atas Ghana lewat adu penalti pada perempat final di Soccer City Stadium, Johanneseburg. Dilansir dari Football Ghana, Senin (1/7), kegagalan Suarez yang membuat langkah Uruguay di Copa America 2019 terhenti adalah sebuah karma dari peristiwa sembilan tahun silam di mana Suarez telah merobek hati seluruh suporter Ghana.

Pada malam yang menentukan itu, Uruguay dan Ghana bermain imbang sepanjang pertandingan. Namun, yang menyakitkan adalah saat Suarez--dengan salah satu upayanya untuk menang-- menggunakan tangannya untuk menghentikan bola yang seharusnya melesat ke gawang Uruguay dan berbuah kemenangan bagi Ghana. Meski Suarez diganjar kartu merah, hal itu tetap menyakitkan lantaran gol yang seharusnya digantikan lewat penalti tak juga didapat oleh negara perwakilan Afrika itu.

Sang eksekutor tendangan penalti, Asamoah Gyan, gagal menceploskan bola ke gawang Uruguay. Alih-alih meluncur ke jaring gawang, bola justru menghantam tiang dan melayang di udara selama beberapa detik sebelum keluar lapangan. Kegagalan Gyan membuat Uruguay bernapas lega setidaknya hingga adu penalti.

Di tepi lapangan, di dekat terowongan menuju ruang ganti, Suarez bersorak sambil berjingkrak. Usahanya berhasil. Berkat dirinya, Uruguay selamat dan menang lewat adu penalti. Hal itu meninggalkan luka hati bagi Ghana. n afrizal rosikhul ilmi ed: citra lsitya rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement