Ahad 30 Jun 2019 18:51 WIB

Kemenkes: Kekeringan Bukan Penyebab Langsung Hepatitis A

Kemenkes menyebut kekeringan tidak langsung menyebabkan penularan hepatitis A.

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (velt bed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (velt bed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan kekeringan yang tengah dialami Pacitan, Jawa Timur tidak langsung menyebabkan penularan hepatitis A atau penyakit kuning di daerah itu. Sebab, penularan hepatitis A utamanya melalui makanan dan minuman yang tercemar virus.

Menurut Direktur Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu, meskipun di Pacitan mengalami kekeringan dan sumber air yang terbatas, bukan berarti ini langsung menyebabkan hepatitis A.

Baca Juga

"Kecuali kalau sumber airnya tercemar virusnya maka pasti peminumnya menderita hepatitis A. Karena penularannya melalui makanan-minuman yang tercemar dan tidak dimasak hingga matang atau mendidih," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (30/6).

Ia mengaku mendapatkan laporan dari Dinas Kesehatan Pacitan bahwa ada sumber air yang sama yang digunakan di empat desa. Artinya, dia melanjutkan, sumber air dipakai bersama-sama dan ternyata di situ ada penduduk desa yang menderita hepatitis A. Tak hanya itu, ia menyebut ternyata air ini juga digunakan untuk minuman dan makanan saat berbuka puasa beberapa waktu lalu.

"Kemudian penyebaran lewat makanan dan minuman yang tercemar, apalagi kalau tidak dimasak," katanya.

Ia mengungkap data jumlah kasus hepatitis A per Ahad (30/6) pagi bahwa sebanyak 41 orang masih menderita penyakit ini.

"Mereka kini masih menjalani rawat inap di rumah sakit. Rinciannya di Sudimoro sembilan kasus, Ngadirojo 28 kasus, Bubakan tiga kasus, dan satu kasus di Ketrowonojoyo," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (30/6).

Kendati demikian, ia menambahkan, masyarakat Pacitan yang menderita Hepatitis A berkurang dibandingkan saat penyakit itu muncul enam pekan lalu. Ia menyebut kasus hepatitis A di Pacitan secara kumulatif sebanyak 957 sejak kasus pertama muncul hingga Ahad hari ini.

"Mayoritas sudah pulang dan sembuh. Tinggal 41 orang itu yang masih dirawat," katanya.

Artinya, ia mengaku hingga kini tak ada kasus baru hepatitis A. Ia menambahkan, mereka adalah para korban kasus lama yang masih dirawat. Untuk mencegah penderita bertambah, Wiendra meminta masyarakat yang tinggal di daerah endemis menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Masyarakat juga jangan mengkonsumsi makanan bersama dengan orang yang menderita hepatitis A dalam satu wadah," katanya.

Selain itu, dia menambahkan, masyarakat Pacitan harus memasak air sampai mendidih dan makanan hingga matang untuk mematikan virus hepatitis tipe A.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement