REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta menyatakan sepanjang 2019 jumlah anak dengan gizi buruk mencapai 46 kasus. Empat tahun yang lalu atau tepatnya sepanjang 2015, ada 85 anak dengan kategori gizi buruk.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Deni Darmawan, mengatakan saat ini kasus gizi buruk di Purwakarta mengalami penurunan. Kondisi itu salah satunya karena di setiap puskesmas saat ini tersedia bank gizi. Selain itu, pasien dengan gizi buruk terus dipantau perkembangannya.
"46 kasus gizi buruk ini mayoritas akibat penyakit bawaan. Tetapi ada juga akibat menikah muda dan ibunya pergi ke luar negeri (salah pola asuh)," ujar Deni kepada Republika, Ahad (30/6).
Anak-anak yang menderita gizi buruk itu juga menderita penyakit kronis lainnya. Di antaranya seperti paru-paru ataupun jantung. Karena itu, anak-anak tersebut kesulitan mencerna makanan sehingga mereka tidak bisa menaikkan berat badan.
Meski demikian, sambung Deni, pihaknya terus mengawasi anak-anak dengan penderita gizi buruk. Apalagi, saat ini baik bidan maupun petugas puskesmas selalu pro aktif mendatangi rumah warga terutama yang tercatat memiliki riwayat penyakit seperti gizi buruk.
Setiap Jumat, petugas puskesmas menyambangi anak-anak dengan gizi buruk untuk diberi makanan tambahan. Karenanya, lanjut Deni, jika ada warga yang menemukan kasus gizi buruk dengan kategori baru, sebaiknya segera laporkan ke petugas puskesmas terdekat supaya kasusnya bisa segera tertangani.
Kasubag TU Puskesmas Pasawahan, Neneng Ramli, mengatakan di wilayah ini ada beberapa kasus gizi buruk. Penanganannya dilakukan dengan terus memantau tumbuh kembang anak-anak tersebut. Bahkan, setiap satu pekan sekali mereka diberi makanan tambahan.
"Kita edukasi orang tuanya mengenai penanganan terhadap anak dengan gizi buruk. Soal makanannya, kita juga bantu sebagai stimulan," ujar Neneng.