REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, mengimbau petani untuk menanam palawija saat musim kemarau seperti saat ini. Pasalnya, dari 17 ribu lahan baku sawah di wilayah ini, hampir 7.000 hektarenya merupakan lahan tadah hujan.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan, saat ini sumber mata air untuk mengairi persawahan mulai menyusut, terutama di wilayah tadah hujan. Untuk itu, para petani disarankan menanam palawija saja. Sebab, jika dipaksakan menanam padi, hasilnya khawatir tidak bisa maksimal.
"Lahan tadah hujan di kita ini, sudah bisa tanam padi dua kali dalam setahun. Makanya, di musim kemarau ini kita menyarankan supaya lahan tersebut ditanami palawija," ujar Agus, kepada Republika.co.id, Jumat (28/6).
Menurutnya, saat ini tanaman palawija yang paling disarankan yaitu jagung dan kedelai. Untuk jagung, kata Agus, geliat petani sudah menunjukan tren yang positif. Karena, saat ini sudah lebih dari 1.100 hektare lahan masyarakat maupun lahan Perhutani, telah ditanami jagung.
Apalagi, harga jagung pipil saat ini sedang bagus yakni, mencapai Rp 4.000 per kilogram. Hal itu yang memacu semangat petani untuk menanam palawija tersebut.
"Jagung yang ditanam petani ini, pangsa pasarnya sudah jelas. Karena, sudah ada perusahaan yang menjadi rekanan petani," ujarnya.
Dari 17 kecamatan yang ada, sentra tanaman jagung itu, salah satunya di Kecamatan Tegalwaru. Di wilayah tersebut, tanaman palawija tersebut terhampar cukup luas. Bahkan, sepekan yang lalu, sudah 100 hektare lahan jagung yang panen.
Untuk daerah lainnya, terutama yang tidak ada sumber mata air, pihaknya menyarankan supaya ditanami palawija saja. Sebab, tanaman ini lebih hemat air ketimbang tanaman padi. Sedangkan, di areal yang ada irigasi semi teknis, tetap diupayakan untuk menanam padi.