Kamis 27 Jun 2019 19:48 WIB

KLHK Fokuskan Pengendalian Titik Api di Delapan DAS

KLHK memacu penanaman tanaman anti api bernama Macadamia di delapan DAS.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Kebakaran Hutan
Foto: MGIT4
Ilustrasi Kebakaran Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Yuliarto Joko Putranto mengatakan, pihaknya tengah memacu penanaman tanaman anti-api dan panas bernama Macadamia di delapan DAS. Hal ini dilakukan sebagai respons dan antisipasi terhadap titik panas di sejumlah lahan kritis yang ada di Indonesia.

Diketahui, tanaman Macadamia merupakan tanaman yang memiliki refleks menahan api dan panas. Jenis tanaman tersebut, kata dia, merupakan tanaman yang hanya dapat ditanam di wilayah dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl). 

Baca Juga

“Jadi memang tanaman ini hanya bisa tumbuh di pegunungan,” kata Yuliarto saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (27/6).

Adapun 8 DAS prioritas yang akan ditanami Macadamia ditargetkan seluas 1.200 hektare, dimana hampir separuhnya akan diprioritaskan untuk wilayah sekitar Danau Toba. Prioritas tersebut bukan tanpa alasan, menurut Yuliarto, DAS Danau Toba seluas 263.232 hektare memiliki lahan kritis seluas 29.611 hektare. 

Dari luas tersebut, terdapat 24.460 hektarenya berada di dalam kawasan hutan dan 5.151 hektarenya berada di luar kawasan hutan. Hal itu, kata dia, menjadi salah satu penyebab menurunnya permukaan air danau dalam dekade ini dan memicu ancaman bencana longsor serta kekeringan.

Sedangkan, ketujuh DAS lainnya yang menjadi prioritas penanaman tanaman Macadamia antara lain di wilayah Dieng, Citarum, Cimanuk, Pekalongan, Lampung, dan beberapa DAS di wilayah Sumatera Utara. Di sisi lain, lanjut Yuliarto, pemerintah tengah memacu penanaman bibit Macadamia sebagai salah satu peluang yang bernilai ekonomis.

Tanaman Macadamia yang berada di wilayah Danau Toba, kata dia, merupakan jenis tanaman berbuah yang buahnya tidak dapat dikonsumsi. Sedangkan Macadamia jenis Integrifolis merupakan jenis tanaman sebagai penghasil kacang yang dapat dikonsumsi. Namun, Macadamia jenis tersebut belum dapat dihasilkan di Indonesia.

“Jadi kami masih impor dari Australia, kita bibitkan di sini agar seluruh DAS nanti bisa ditanami. Selain juga dapat memberikan multiplier effect, misalnya terhadap ekonomi masyarakat,” kata dia.

Dia menyebut, nilai ekonomis Macadamia berkisar Rp 100 juta-Rp 500 juta per hektare. Dengan rincian Rp 100 ribu-Rp 300 ribu per kilogram (kg). Dalam pengembangan ini, lanjut Yuliarto, PT Inhutani IV akan menjadi operator importir benih Macadamia untuk kebutuhan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement