Jumat 28 Jun 2019 04:35 WIB

Kisah Utang Jasa Republik Kepada Para Saudagar Kotagede

Dukungan dana saudagar Kotagedhe sangat besar bagi eksistensi RI di awal kemerdekaan

Salah satu rumah megah milik saudagar di Kotagede Yogyakarta.Sebelum gempa rumah ini cukup banyak di tempat itu, tapi kini sebgaian sudah roboh. Beberapa di renovasi menjadi rumah konservasi.
Foto: wordpress.com
Salah satu rumah megah milik saudagar di Kotagede Yogyakarta.Sebelum gempa rumah ini cukup banyak di tempat itu, tapi kini sebgaian sudah roboh. Beberapa di renovasi menjadi rumah konservasi.

Oleh: Doddy Yudhistira Adams, Mantan Ketua Development Center The Habibie Center

 (THC).

Saudagar Kalang Kotagede yang kaya raya adalah Prawirosoewarnno putra dari tokoh Kotagede Muljosuwarno yang menikah dengan anak Demang Brodjosemito Fatimah.

Dalam buku ‘Kajian Kalang Kotagede’ dan tulisan Claude Guillott yang merupakan sejarahwan Perancis, mengisahkan kisah leluhur kami dengan menarik.

Kala itu, di kalangan masyarakat Kotagede yang menjadi cikal bakal kerajaan Mataram Solo dan Yogyakarta,  publik mengenal sosok Muljosuwarno dan Fatimah sebagai orang yang kaya raya dan banyak membantu Kasultanan Yogyakarta dan masyarakat Yogyakarta. Anak mereka Prawirosoewarno kelahiran tahun 1873 melanjutkan Dinasti saudagar sukses keluarga mereka yang akrab disebut sebagai saudagar Kalang. (Di Jogja para saudagar kaya Kotagede lazim disebut orang Kalang. Untuk saat ini, di Jawa Tengah misalnya, para keturunan orang Kalang kebanyakan menjadi pengusaha (saudagar) sukses, red).

Dan untuk Eyang buyut kami, Prawirosoewarno, semenjak remaja bebas leluasa keluar masuk Kraton Yogyakarta Hadiningrat. Beliau bersahabat  dengan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.

Eyang Prawirosoewarno kemudian meneruskan usaha dari ayahnya Mulyosoewarno hak akan rumah gadai. Kesuksesan ini berkat dukungan putrinya yang bernama Hajjah Noerijah. Disamping itu eyang kami Hj Noerijah juga mengembangkan perdagangan emas berlian. Bahkan berlian dagangan beliau didatangkan langsung dari Negeri Belanda.

Keluarga Hj Noerijah ini makin kaya raya dan terpandang di lingkungan Kraton Yogyakarta. Gubernur Jendral Van Mook pernah makan malam di Rumah Kami di Tegalgendu Kotagede dan mengakui Kotagede menjadi pusat perdagangan yang terbesar di Hindia Belanda.

Kampung pemukiman keluarga kami di Kotagede disebut Tegalgendu dengan bangunan khas Eropa di dominasi mozaik dan tegel mewah serta kaca patri dari Belgia.

Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan Belanda kembali ke Indonesia pada tahun 1948 dengan membonceng sekutu, Pemerintahan RI di pindah ke Yogyakarta. Sri Sultan HB IX bersedia memberikan perlindungan dan dukungan dana yang melibatkan harta Keluarga HJ Noerijah. Beliau sangat bersahabat dengan Sri Sultan HB IX dan bergaul dengan kalangan petinggi-petinggi negeri saat itu.

photo
Saat ibu kota Indonesia berada di Yogyakarta pada awal kemerdekaan, sumbangan dana dari para saudagar Kotagede sangat penting adanya. Sebagian dana untuk membiayai eksistensi RI ternyata juga sumbangan dari mereka.

Eyang Prawirosoewarno sering berkeliling kota Yogya sambil menyebarkan uang dengan mengendarai mobil Roll Royces model mutakhir waktu itu. Beberapa besek uang, nilai ringgitan beliau tebarkan di jalan raya dan alun-alun Yogyakarta.

Pada era itu Eyang Prawirosoewarno dikenal sebagai Bumiputera pertama di Hindia Belanda yang memiliki mobil merk terkenal seperti Hudson, Minerva, Plymouth, Chrysler, Roll Royce dan Fiat. Bahkan anak beliau Prawiro Mulyo menjadi satu-satunya orang pribumi yang mendapat lisensi untuk menjadi agen mobil Ford pada th 1950-an.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement