Kamis 27 Jun 2019 07:59 WIB

Abdullah Hehamahua: Kecurangan Pemilu Termasuk Korupsi

Abdullah Hehamahua akan menghadiri aksi hari ini.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Mantan penasehat KPK dan juga koordinator lapangan (korlap) aksi massa, Abdullah Hehamahua, saat ditemui di kawasan patung kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (18/6).
Foto: Republika/Flori Sidebang
Mantan penasehat KPK dan juga koordinator lapangan (korlap) aksi massa, Abdullah Hehamahua, saat ditemui di kawasan patung kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (18/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mantan penasihat KPK Abdullah Hehamahua mamastikan kembali turun ke jalan menggelar aksi damai di sekitar gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Aksi ini merupakan lanjutan dari aksi pada 14 Juni 2019 lalu.

"Insya Allah pagi ini kami hadir lagi di sekitar gedung MK," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (27/6).

Baca Juga

Abdullah menuturkan meski Ia merupakan aktivis antikorupsi, merasa perlu hadir pada agenda politik di sidang sidang putusan MK karena dalam undang-undang tindak pidana korupsi itu ada tujuh kategori korupsi.  Di antaranya tindakan merugikan keuangan negara, suap menyuap, pemerasan dan gratifikasi.

"Sehingga dari situ saya melihat bahwa dalam ilmu korupsi itu ada yang disebut berdasarkan motif ada yang disebut corruption by need, corruption by opportunity dan corruption by exploration," katanya.

Abdullah menyampaikan korupsi karena kebutuhan seperti PNS ada sekitar 60 persen karena gaji kecil, kemudian korupsi karena serakah seperti yang dilakukan para pejabat. Sementara target atah hasil sebut political corruption, material corruption dan intellectual corruption.

Karena aksi di MK ini merupakan bagian dari memerangi political corruption. Karena sesungguhnya political corruption itu korupsi melalui peraturan perundang-undangan, kebijakan yang kelihatannya bagus tapi punya kepentingan-kepentingan tetentu.

"Maka saya lihat dari undang-undang Pemilu dan Pilpres sampai hari ini masuk kategori korupsi politik," katanya.

Maka dari itu Abdullah merasa terpanggil setelah melihat kecurangan-kecurangan yang terjadi di Pilpres saat ini. Karena kata dia jika kecurangan ini terus dibiarkan bisa membahayakan masa depan negara.

Apalagi kata dia, semua media massa mainstream, mahasiswa, perguruan tinggi, dan LSM yang biasa selama ini aktif tidak yang bergerak melawan. "Maka dari itu saya berpikir ini saya harus selamatkan sebagai salah seorang murid Muhammad Nasir Saya tidak inginkan NKRI bubar karena kecurangan," katanya

Abdullah mengaku tidak ingin NKRI bubar dan diusahakan ada negara baru oleh pihak-pihak tertentu karena penjajahan asing dan aseng begitu masif tanpa kontrol.

"Hal seperti ini sudah terlihat tanda-tanda nya maka saya aksi untuk menyelamatkan negara ini," katanya.

Sebagai prosedur baku melakukan kegiatan aksi, Abdullah Hehamahua yang juga Koordinator Gerakan Kedaulatan Rakyat (GKR) mengaku sudah menyampaikan pemberitahuan kepada aparat kepolisian di Polda Metro Jaya akan menggelar aksi.

"Kami sudah mengirim surat pemberitahuan ke polda atas kegiatan tersebut," katanya.

Abdullah mengaku hadir aksi pada putusan akhir sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) bukan atas nama kelompok apalagi dorongan dari pihak lain. Polda Metro mencatat ada 10 elemen masyarakat yang akan turun kejalan saat putusan MK. "Saya hadir atas nama pribadi," katanya.

Abdullah mengaku tidak suka mengajak orang untuk mengikuti aksi hari ini. Untuk itu dia mengaku tak mengetahui berapa yang hadir iku bersamanya aksi ke MK pada pagi hari ini.

"Saya tidak suka pergerakan apa orang yang datang karena kan masa mengalir aja secara individu," katanya.

Meski demikian Abdullah tetap mengimbau kepada massa yang ikut aksi secara pribadi maupun kelompok untuk tetap tertib. Himbaun untuk tertib sudah disampaikan Abdullah sejak tanggal 14 Juni saat hadir aksi pertama di MK.

"Datang secara teratur, tertib, sopan sebagai seorang Muslim, sebagai warga negara yang bertanggung jawab jangan menimbulkan kerusuhan kericuhan," katanya.

Abdullah memastikan kalaupun ada orang saat aksi melakukan tindakan anarkasi yang mengakibatkan kerusuhan, dipastikan itu bukan kelompok yang telah bertekad hadir di MK untuk tertib.

"Seperti sudah saya sampaikan bahwa datang secara tertib kita Shalat Zuhur berjamaah di tempat acara, shalat Ashar berjamaah di tempat acara sudah itu bubar dengan tertib kalau ada lagi kerusuhan itu bukan dari kita itu orang lain," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement