REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, mencatat ada 350 hektare sawah di wilayah ini yang terancam kekeringan. Areal persawahan tersebut, usia tanamannya antara tiga pekan sampai 75 hari. Jika tak segera diantisipasi, ratusan hektare sawah ini bisa puso.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, 350 hektare tersebut merupakan sawah tadah hujan. Karenanya, saat musim kemarau seperti saat ini rawan kekeringan. Sawah yang terancam kekeringan ini, tersebar di lima kecamatan. Yaitu, Maniis, Campaka, Cibatu Plered dan Tegalwaru.
"Kami, sudah menyiapkan sejumlah solusi untuk menyelamatkan tanaman padi ini," ujar Agus, kepada Republika.co.id, Rabu (26/6).
Solusinya yaitu, dengan menyiapkan pompa air. Akan tetapi, pompa air ini bisa efektif digunakan, jika ada sumber mata airnya. Untuk pompa air, dinas sudah mendistribusikannya ke petani. Selain itu, saat ini petani juga sudah banyak yang punya pompa air.
Masalahnya ada di sumber mata airnya. Dari 350 hektare itu, lanjut Agus, ada wilayah yang sampai ini tidak ada sumber mata air. Yaitu, di Kecamatan Tegalwaru. Padahal, di wilayah itu ada 190 hektare sawah yang saat ini kondisinya terancam kekeringan.
Selain menyediakan pompa air, sambungnya, solusi jangka pendek lainnya yaitu petani panen dini. Salah satunya, di Kecamatan Maniis. Pada pekan ini, sudah 60 hektare sawah di wilayah itu yang panen dini.
"Jadi, ada yang bisa diselamatkan. Di Desa Cirama Hilir, Kecamatan Maniis ada 15 hektare lagi, yang akan diselamatkan. Kemungkinan, panen dini juga," ujar Agus.
Para petani juga berinisiatif untuk membuat sumur pantek. Salah satunya, yang terjadi di Desa Benteng, Kecamatan Campaka. Petani di wilayah itu, bersemangat untuk membuat sumur tersebut
Menurut Agus, meskipun ada areal persawahan yang terancam kekeringan, sampai saat ini statusnya belum puso. Karena, pertanaman itu masih ada dan sebagian bisa diselamatkan dengan panen dini.
Jika terjadi puso, sambungnya, maka akan diupayakan untuk ada asuransi. Pasalnya, saat ini sudah ada 1.000 hektare lahan yang telah diasuransikan.
"Kita akan memersiapkan asuransi ataupun pengganti benih padinya, jika terjadi puso. Namun, sampai saat ini di Purwakarta belum ada yang puso," ujarnya.