REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan situs penyedia peta polusi AirVisual, DKI Jakarta dinyatakan sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Andono Warih mengatakan kondisi udara di Ibu Kota menurut pengecekan laboratorium DLH tidak ada permasalahan.
"Kami sendiri tidak ada permasalahan di cek di lab LH. Kita tidak terlalu merespons data real time. Tapi semua info untuk memberikan pengingat kepada warga boleh saja," ujar Andono saat dihubungi pada Selasa (25/6).
Ia mengaku belum mengetahui secara rinci laporan dari AirVisual tersebut. Selain itu, informasi yang disampaikan harus dilihat secara berimbang karena masalah kualitas udara sangat dinamis dan dapat berubah dalam hitungan jam atau menit.
Menurut Andono, kemungkinan kategori sangat tidak sehat bagi masyarakat umum yang dilaporkan AirVisual terjadi pada pagi hari. Menurutnya masyarakat bisa menilai lebih rasional terkait kualitas udara buruk yang juga disumbangkan kendaraaan bermotor.
Ia menambahkan secara umum kondisi udara di Ibu Kota masih kategori moderat atau di tengah-tengah meski beberapa waktu juga kategori tidak sehat atau unhealthy. Bahkan menurutnya, Jakarta secara kasat mata lebih bagus dibandingkan kota di negara lain.
"Secara kasat mata kita lebih bagus dari kota lain atau kota yang lagi tumbuh pesat. Kita secara kasat mata saja lebih bagus. Jakarta ini kan geografi di kota pantai, selalu ada angin laut," kata Andono.
Ia mengatakan AirVisual menggunakan alat ukur pada satu titik yang berada di Kwitang. Dengan demikian penilaian tidak bisa begitu saja dikatakan untuk seluruh DKI Jakarta.
"Tapi kita ambil positif bahwa itu sebagai pengingat bagi warga untuk di waktu tertentu lebih aware. Apa yang digunakan, masker boleh, meski ada juga ukuran partikel terlalu kecil," lanjut dia.