Selasa 25 Jun 2019 17:26 WIB

BPBD Cilacap Minta Dunia Usaha Bantu Pasok Air Bersih

Diperkirakan jumlah desa yang terdampak kekeringan akan cukup banyak.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Warga mengantre saat pemberian bantuan air bersih pada musim kemarau.
Foto: ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra
Warga mengantre saat pemberian bantuan air bersih pada musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Musim kemarau yang diperkirakan akan berlangsung hingga September 2019, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak meluasnya daerah yang mengalami kesulitan air bersih. Mengatasi hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah, meminta agar dunia usaha di wilayahnya ikut membantu memasok air bersih bagi bagi warga yang terdampak kekeringan.

''Kami berharap dunia usaha ikut membantu kami menyuplai air bersih ke desa-desa yang terdampak kekeringan. Terutama bila stok suplai air yang bisa dilakukan BPBD makin menipis,'' jelas Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy, Selasa (25/6).

Disebutkan, pihak BMKG sebelumnya telah memperkirakan puncak kemarau baru akan berlangsung pada Agustus 2019. Berdasarkan perkiraan ini, maka hujan dimungkinkan baru turun pada Oktober 2019.

Atas pertimbangan tersebut, Tri Komara memperkirakan jumlah desa yang terdampak kekeringan dan mengajukan permohonan air bersih akan cukup banyak. ''Sejak Mei 2019 lalu, sudah ada beberapa desa yang mengalami kesulitan air bersih. Karena kemarau akan berlangsung hingga September, kami perkirakan jumlah desa yang terdampak kekeringan akan cukup banyak,'' jelasnya.

Ia menyebutkan, untuk melakukan suplai air bersih bagi warga yang terdampak kekeringan, BPBD Cilacap hanya mendapat alokasi anggaran yang cukup untuk memasok sebanyak 110 tangki air. Anggaran tersebut, tertuang dalam APBD 2019. 

Namun bila stok tersebut diperkirakan tidak mencukupi, maka pihaknya akan mengajukan tambahan anggaran dalam APBD Perubahan 2019. ''Dari stok 110 tangki tersebut, kita sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 24 tangki. Bantuan tersebut, disalurkan pada 10 desa yang warganya sudah mengalami kesulitan air bersih,'' jelasnya.

Pada tahun-tahun sebelumnya, ujar dia, kalangan dunia usaha juga selalu ikut membantu memasok air bagi warga yang mengalami kesulitan air bersih. Baik dari BUMN, BUMD, maupun kalangan usaha swasta lainnya. ''Mudah-mudahan pada kemarau tahun ini, dunia usaha juga masih bisa membantu kami menyuplai air bersih pada warga yang terdampak kekeringan,'' katanya.

Tri memperkirakan, jumlah desa di wilayahnya yang akan terdampak kekeringan mencapai 65 desa. Desa-desa tersebut yang tersebar di 18 wilayah kecamatan di Cilacap. ''Pada 2018 lalu, jumlah desa yang terdampak kemarau hanya sebanyak 48 desa,'' katanya.

Menurutnya, wilayah-wilayah yang akan mengalami kekeringan, tidak hanya di wilayah dataran rendah yang selama ini sudah menjadi langganan kekeringan. Melainkan juga wilayah pegunungan, seperti di wilayah Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, dan Karangpucung.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Heru Kurniawan menambahkan, hingga saat ini memang sudah ada 10 desa yang warganya terdampak kekeringan. Jumlah ini mengalami peningkatan cukup banyak dibanding pertengahan Juni 2019 lalu, yang baru tercatat tiga desa.

Ke 10 desa yang sudah mendapatkan pasokan air bersih BPBD, antara lain Desa Jambusari Kecamatan Jeruklegi, Desa Panikel Kecamatan Kampunglaut, Desa Binangun Kecamatan Bantarsari, dan Desa Wringinharjo Kecamatan Gandrungmangu.

Sedangkan enam lainnya terdiri dari Desa Purwodadi, Desa Rawaapu dan Desa Sidamukti Kecamatan Patimuan, serta Desa Babakan, Desa Ujungmanik, dan Desa Bojong Kecamatan Kawunganten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement