Selasa 25 Jun 2019 16:39 WIB

Dua Kecamatan di Lombok Timur Terdampak Kekeringan

Dua kecamatan, Jerowaru dan Keruak, terdampak kekeringan akibat musim kemarau.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Timur Purnama Hadi mengatakan, dua kecamatan di Lombok Timur terdampak kekeringan akibat musim kemarau. Keduanya adalah Kecamatan Jerowaru dan Kecamatan Keruak.

Purnama menyampaikan, kedua kecamatan yang berada di Pulau Lombok bagian timur memang menjadi wilayah yang rutin terdampak kekeringan begitu musim kemarau tiba.

"Dua wilayah itu sudah mulai kekeringan sejak sekira dua pekan lalu, memang sudah 'langganan' kekeringan," ujar Purnama, Selasa (25/6).

Purnama menyebutkan, dampak kemarau melanda area permukiman dan persawahan yang biasa digunakan warga untuk bercocok tanam. Purnama memperkirakan, musim kemarau akan berlangsung sekira empat bulan ke depan atau hingga Oktober.

BPBD Lombok Timur, dia katakan, telah melakukan sejumlah upaya guna mengatasi dampak kekeringan seperti distribusi air bersih.

"Kita (BPPD Lombok Timur) sudah suplai air bersih ke Jerowaru dan Keruak setiap hari sebanyak 10 tangki mobil air bersih," kata Purnama.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Internasional Lombok (BIL) Herin Hutri Istyarini mengatakan, masuknya musim kemarau di NTB ditandai dengan penurunan suhu menjadi dingin yang sudah terjadi saat ini dan diprediksi berlangsung hingga Agustus.

"Turunnya suhu, khususnya pada saat malam hari tersebut adalah pertanda musim kemarau telah tiba," ucap Herin.

Herin memperkirakan musim kemarau kali ini akan lebih kering dibandingkan dengan tahun sebelumnya. BMKG, dia katakan, menyarankan pemerintah daerah yang wilayahnya rawan mengalami kebakaran lahan dan hutan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, masyarakat juga diimbau agar tetap waspada akan perbedaan suhu udara yang lebih panas pada siang hari dan dingin pada malam hari.

"Kalau mau keluar saat malam, sebaiknya harus mengenakan jaket karena diprediksi kemarau tahun ini lebih kering dari tahun sebelumnya," kata Herin.

BMKG memprediksi suhu udara akan kembali lagi hangat nanti pada September atau Oktober mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement