Ahad 23 Jun 2019 19:05 WIB

Agung Laksono: Airlangga Masih Berpeluang Pimpin Golkar

Agung menilai Airlangga memiliki kriteria untuk memimpin Golkar.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Senior Partai Golkar Agung Laksono menilai Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto masih memiliki peluang untuk kembali memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut di periode berikutnya.

Hal itu disampaikan Agung sebagai respons  atas pernyataan politikus Partai Golkar Yorrys Raweyai yang menilai tidak mungkin Airlangga Hartarto maju kembali menjadi ketua umum.

Baca Juga

"Pak Airlangga ada peluang, karena tidak diatur dua atau berapa tidak diatur dalam AD/ART partai," kata Agung saat dihubungi wartawan, Ahad (23/6).

Menurut Agung, yang terpenting dalam kepemimpinan ketua umum Partai Golkar adalah perihal kemampuan, prestasi, dedikasi, loyalitas dan juga tidak tercela.

Karena itu, ia menilai Airlangga masih memenuhi kriteria tersebut. Tidak ada masalah bagi Menteri Perindustrian itu kembali maju sebagai calon ketua umum Golkar.

Terlebih menurut Agung, masih banyak yang menginginkan Airlangga menjadi Ketua Umum Partai Golkar.  "Saya juga mendengar seperti itu (DPD-DPD) baik tingkatan dua maupun satu, saya kira kita ingin memperoleh yang lebih baik," kata Agung.

Agung pun merespon pihak yang beranggapan Airlangga gagal memimpin Golkar karena menurunnya suara Golkar dibandingkan Pemilu sebelumnya. Agung menganggap tidak tepat jika kepemimpinan Airlangga dibandingkan dengan hasil Pemilu 2014 lalu.

Menurutnya, Airlangga yang menjabat Ketum Golkar sejak Munaslub 2017 hanya diberi waktu 1,5 tahun untuk menyiapkan Pemilu 2019. Saat menerima jabatan tersebut, Agung mengatakan, kondisi Golkar juga sedang terpuruk karena persoalan hukum ketum sebelumnya Setya Novanto.

Belum lagi persoalan internal Golkar yang sempat terbelah dan memiliki tiga ketua umum. Saat itu, survei survei mengatakan elektabilitas Partai Golkar hanya 6,5 persen jika dilakukan Pemilu saat itu.

"Ternyata  hasilnya 12,5 persen dan secara kursi di DPR Partai Golkar tetap di posisi nomor dua setelah PDIP, di atas Gerindra, Gerindra hanya 78, Golkar 85. Menurut saya faktanya ya dia masih mampu mengangkat dari 6,5 persen ketika dia menerima tampuk pimpinan partai ke 12, 5 persen itu sudah dua kali lipatnya," kata Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement