REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Ibu Kota kelas menengah atas banyak memiliki pakaian yang laik pakai namun sudah tidak digunakan lagi, sehingga menyebabkan limbah baju bekas yang akan menjadi masalah nantinya bagi kota Jakarta.
"Aku sih ngeliatnya tuh, warga Jakarta punya banyak pakaian yang sebenarnya masih bagus tapi jarang dipakai, dan itu akan menjadi masalah salah satunya menyebabkan limbah fesyen," kata Founder dan Eksekutif Direction Sadara Sedari, Nabilah Kushaflyki di Jakarta, Sabtu (22/6).
Nabilah menambahkan, untuk itu melalui Sadara Sedari, ia mulai mengumpulkan baju bekas milik warga Jakarta yang layak pakai dan dijual kembali ke masyarakat melalui program bazar pakaian bekas. Sadara Sedari merupakan organisasi non-profit yang bergerak di bidang pendidikan dan lingkungan, yang mengumpulkan pakaian bekas layak pakai dari masyarakat dan dijual kembali kepada masyarakat secara "online" atau daring dan offline atau luring (C2C).
Hasil keuntungan penjualan dari pakain bekas tersebut akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan serta pembangunan sekolah di daerah-daerah di Indonesia.
"Saat ini dari hasil keuntungannya kita lagi berupaya untuk membangun sekolahan di Sulawesi Tengah dan kita punya 35 adik asuh yang setiap bulannya kita bayar dari akhir tahun lalu," ujar Nabilah.
Perempuan yang merupakan lulusan teknik lingkungan ITB itu juga mengharapkan agar warga masyarakat mampu mengontrol dalam setiap memenuhi kebutuhan pakaiannya.
"Ya untuk masyarakat coba untuk mulai membeli pakaian berdasarkan kebutuhan saja," tutur Nabilah.