Sabtu 22 Jun 2019 14:45 WIB

Belajar Menggali Ketertarikan Saat Berbicara

Ketertarikan penonton menjadi modal penting kesuksesan pembicara.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom  Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, saat mengisi Diklat Inspiratif Republika di  Lynn Hotel Yogyakarta, Sabtu (22/6).
Foto: republika/wahyu suryana
Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra, saat mengisi Diklat Inspiratif Republika di Lynn Hotel Yogyakarta, Sabtu (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Republika kembali menggelar Diklat Inspiratif: Teknik Bicara Singkat tapi Memikat. di Yogyakarta. Menggali ketertarikan penonton menjadi salah satu materi yang dilatih.

Itu disampaikan Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra. Ia menilai, ketertarikan penonton menjadi modal penting kesuksesan pembicara.

Baca Juga

Untuk itu, penting bagi pembicara mampu memancing penontonnya menunjukkan ketertarikan kepadanya. Tapi, tidak dipungkiri, akan ada masalah-masalah yang membuat ketertarikan itu sulit muncul.

"Masalah itu sering muncul karena masing-masing orang memiliki frekuensi berbeda satu sama lain," kata Erik di Lynn Hotel Yogyakarta, Sabtu (22/6).

Dalam materinya, Erik turut mengajak peserta-peserta diklat untuk menguji kesamaan frekuensinya ke satu sama lain. Salah satunya dengan bermain suit yang bertujuan menyamakan frekuensi.

Hasilnya, sangat beragam. Ada yang berbeda, ada yang sama, ada yang pertama beda lalu kedua sama dan ada yang pertama sama lalu kedua beda. Bahkan, ada pula yang berbeda-beda.

"Sebenarnya Allah SWT itu memberi anugerah kemampuan luar biasa kepada kita melalui otak," ujar Erik.

Namun, kebiasaan-kebiasaan tiap manusia ternyata sudah tertanam ke alam bawah sadar otak masing-masing. Sehingga, yang penting dapat dilakukan tidak lain memaksimalkan kendali atas alam bawah sadar.

Ia menekankan, ketika sudah mampu menggali ketertarikan menjadi lebih mudah. Sebab, ketika kita bisa menelaah perbedaan frekuensi penonton kita bisa mencari jalan-jalan tepat menyampaikan pesan-pesan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement