Jumat 21 Jun 2019 09:19 WIB

Pedagang Malioboro Keluhkan Uji Coba Selasa Wage

Uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor dilakukan pada Selasa Wage

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Christiyaningsih
Uji Coba Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor. Kondisi Jalan Malioboro saat uji coba bebas kendaraan bermotor, Yogyakarta, Selasa (18/6/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Uji Coba Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor. Kondisi Jalan Malioboro saat uji coba bebas kendaraan bermotor, Yogyakarta, Selasa (18/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor telah dilakukan pada Selasa Wage (18/6) lalu. Namun, tanggapan kurang positif tetap keluar dari pelaku-pelaku usaha di sana.

Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) Sadana mengatakan setelah itu situasi Malioboro pada siang hari disebut nyaris kosong. Kemacetan masih pula terjadi.

Baca Juga

Ia menuturkan, kemacetan parah salah satunya terjadi di Jalan Letjen Suprapto (Ngampilan). Sadana merasa uji coba kurang bisa mencerminkan kondisi Malioboro sebenarnya.

"Toko-toko mengalami penurunan omzet hingga 50 persen dibanding keadaan Selasa Wage sebelumnya," kata Sadana, Kamis (20/6).

Selain itu, parkir di Malioboro Mall disebut mengalami penurunan sebesar 60 persen. Bahkan, rata-rata outlet-outlet di pusat perbelanjaan mengalami penurunan omzet hingga 40 persen.

Sadana berpendapat penurunan omzet ini harus menjadi hal yang dicermati dengan serius. Sebab, jika berkelanjutan dan terus menerus maka akan menyebabkan toko tidak bisa bertahan.

"Dan masalah tenaga kerja (karyawan), jika sampai ada toko yang gulung tikar, bagaimana nasib para karyawannya," ujar Sadana.

Menurut Sadana, pengelola Hotel Mutiara yang ada di Malioboro turut menyampaikan banyak keluhan. Utamanya, sehubungan dengan uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor.

Ini karena terdapat dua grup rombongan yang membatalkan acara setelah mengetahui rencana uji coba. Terjadi pula pembatalan paket meeting sebanyak 200 pax dan tidak ada walk in guest/customer.

Belum lagi, tamu yang akan menginap di Hotel Mutiara berhenti di Jalan KH Ahmad Dahlan. Tamu-tamu tersebut harus dijemput mobil dari Hotel Mutiara.

Namun, mobil jemputan itu tetap mengalami kesulitan untuk merapat ke Hotel Mutiara. Mereka harus berdebat terlebih dulu dengan petugas Dishub yang berjaga di simpang Malioboro-Dagen.

 

Tidak cuma itu, berdasarkan pengamatan Sadana jalan-jalan di sekitar Malioboro yang macet dan banyak terpasang rambu baru membuat tamu-tamu kebingungan. Utamanya, ketika akan kembali ke hotel.

Ia mengungkapkan ada kejadian tidak menyenangkan yang dialami salah satu pengusaha di Malioboro. "Ketika akan pulang menuju tokonya, dihentikan oleh petugas Dishub dan tidak diperkenankan lewat," kata Sadana.

Seharusnya, pemilik toko yang sekaligus menjadi warga di Malioboro harus menjadi pertimbangan. Salah satunya adalah ketika mereka akan pulang ke rumahnya masing-masing.

 

Sadana mengatakan kesulitan turut dialami pemilik toko Istana Batik, Anna, yang ada di selatan Ramai Mall. Apalagi, Anna memiliki ibu berusia 86 tahun yang harus dipikirkan mobilitasnya.

Jika wacana Malioboro bebas kendaraan benar-benar akan diterapkan, semua aspek harus dipertimbangkan. Khususnya, pertimbangan untuk pemilik toko yang tinggal dan menjadi warga di Malioboro.

Di Kota Callela Spanyol misalnya, zona pedestrian dibatasi portal dengan remote. Tiap warga yang mobil maupun motor yang akan keluar masuk mempunyai remote masing masing.

"Jadi warga tetap bisa nyaman bepergian dan pulang rumah. Untuk kasus Malioboro, mungkin bisa digunakan penanda khusus seperti stiker untuk warga," ujar Sadana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement