REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan terdapat peningkatan jumlah pemudik 2019 yang menggunakan angkutan jalan. Hal tersebut juga termasuk dengan angkutan penyebrangan.
Untuk angkutan jalan pada 2018 terdata sebanyak sekitar 3,9 juta pemudik dan tahun ini sekitar 4,4 juta pemudik. "Sehingga ada kenaikan sebesar 11,56 persen," kata Budi dalam sebuah diskusi di Kantor Sekretariat Presiden, Rabu (19/6).
Sementara itu, untuk angkutan penyeberangan pada mudik tahun lalu hanya sekitar empat juta pemudik dan pada 2019 mencapai sekitar 4,1 juta pemudik. Angka tersebut memperlihatkan peningkatan pemudik angkutan penyebrangan sebanyak 3,12 persen.
Secara keseluruhan, kata Budi, dalam pelaksanaan arus mudik tahun ini terdapat beberapa hal yang dapat menjadi catatan. “Pemberlakuan sistem satu arah pada Jalan Tol Trans Jawa sangat berhasil, secara umum, arus mudik lancar," jelas Budi.
Hanya saja, Budi mengakui saat arus balik terjadi kepadatan di jalan Tol Jakarta-Cikampek arah Jakarta. Dia mengatakan hal tersebut disebabkan saat arus mudik cenderung lancar karena arus lalu lintas dari Jabodetabek dikeluarkan sampai dengan Gerbang Tol Kalikangkung (Semarang).
"Artinya dari satu aliran arus dibuang atau dibagi ke banyak gerbang tol sebagai jalur pengalihan. Namun sebaliknya, pada saat arus balik, dari berbagai Gerbang Tol sebagai akses masuk menuju satu arah lintasan Tol Jakarta-Cikampek bisa dikatakan bottle neck," ungkap Budi.
Begitu juga untuk angkutan penyeberangan, Budi mengatakan dengan adanya kebijakan diferensiasi tarif pada waktu siang dan malam dinilai sukses. Hal tersebut menurutnya terbilang berhasil untuk mengubah waktu perjalanan para pemudik sehingga lebih banyak yang menyeberang pada pagi hingga siang hari.