REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Kerja sama bidang kehutanan dan lingkungan hidup antara Indonesia dengan Republik Korea akan melibatkan kaum milenial. Hal itu sangat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan ketenaran K-Pop untuk menarik minat genersi muda menjaga hutan dan lingkungan.
Selain itu juga karena sudah banyak tokoh publik dari musik dan sebi yang sudah terjun dan aktif dalan urusan hutan. “Generasi milenial mempunyai potensi besar,” ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Kehutanan Korea (Korea Forest Service/KFS), Kim Jae-Hyun, di sela-sela acara Asia Pacific Forestry Week (APFW) 2019 di Incheon, Korea Selatan, Rabu (18/6).
Dalam diskusi sepanjang hari pada Panel Asia Pasific Forest Comission FAO hari pertama kata Menteri Siti Nurbaya, muncul aspek terkait tema generasi muda dan hutan. Selain itu juga karena di Indonesia beberapa tokoh musik juga cukup menonjol aktivis dan kampanyenya tentang hutan seperti kelompok Hutan Itu Indonesia, Opie Andaresta, Glenn Fredly, Nicolas Saputra, Nugie, Melanie dan masih banyak lagi,
Atas dasar itu pihaknya mengusulkan agenda gaya milenial ajak anak muda yang peduli hutan. Agendanya nanti tentu bisa macam-macam, seperti Festival Milenial untuk Hutan, adanya pertukaran generasi muda Korea dan Indonesia terutama terkait dengan aspek pendidikan, budaya dan ilmu pengetahuan untuk menyiapkan pemimpin kehutanan dan lingkungan hidup masa depan dengan menggunakan jalur kultural antara lain mempertimbangkan kegandrungan generasi muda Indonesia dan Korea pada K-Pop,” papar Menteri LHK.
Menteri Kehutanan Korsel (KFS), Kim Jae-Hyun menyambut baik usulan Menteri LHK Siti Nurbaya. Pihaknya akan segera menindaklanjutinya dengan Kedutaan Besar Korea Selatandi Jakarta. Diharapkan nantinya kerja sama untuk kaum milenial ini akan melibatkan figur publik Indonesia yang selama ini sudah banyak bergelut dengan isu kehutanan dan lingkungan.
Untuk kerja sama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kehutanan, lanjut Menteri Siti, Indonesia juga mengusulkan adanya kerja sama yang lebih erat antar universitas di Indonesia dan Republik Korea. Disepakati bahwa akan ada tindak lanjut kerja sama antara universitas di Republik Korea dengan universitas-universitas yang bergerak di bidang kehutanan di Indonesia, antara lain Universitas Jambi dan Universitas Lancang Kuning.
Lebih lanjut Menteri LHK menjelaskan bahwa delegasi Indonesia yang datang ke acara APFW ini merupakan delegasi besar yang terdiri dari perwakilan pemerintah, parlemen, swasta, lembaga swasya masyarakat dan generasi muda. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menganggap acara ini sangat penting bagi pengembangan kehutanan Indonesia dan Asia Pasifik. Acara ini juga dapat dijadikan ajang konsolidasi bagi para pemangku kehutanan Indonesia sekaligus meningkatkan jejaring internasional, terutama dengan Republik Korea.
Menteri LHK mengapresiasi kerja sama yang erat antara Korea Selatan dan Indonesia seperti kerja sama antar taman nasional, pengembangan wood pellet, dan pengelolaan gambut. Lebih lanjut Menteri Siti juga mengapresiasi inisiatif kerja sama baru di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Terkait dengan kerja sama pengembangan wood pellet, proyek tersebut sudah berakhir tahun 2017 silam dan semua barang milik negara telah diserahterimakan kepada Pemerintah Kabupaten Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan.
Menteri Kehutanan Korsel sebagai tuan rumah pertemuan bilateral menyatakan bahwa Korsel akan senantiasa mendorong kerja sama bidang kehutanan yang telah lama terjalin dengan Indonesia. Pemerintah Republik Korea juga mengapresiasi langkah-langkah Indonesia dalam mengelola hutan dan kehutanan, terutama sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Tak lupa Menteri Kehutanan Korsel berterima kasih atas kunjungan Menteri LHK ke Korea dan mengapresiasi terjadinya pertemuan bilateral antar kedua negara. Lebih lanjut Menteri KFS menyatakan bahwa untuk menindaklanjuti pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Republik Korea baru-baru ini, maka perlu segera ditindak lanjuti dengan proyek pengembangan produk biomasa hutan yang selama ini telah dirintis. Indonesia mendukung proyek kerja sama dalam pemanfaatan biomasa ini karena ini akan mendorong berkembangnya hutan tanaman, baik berupa hutan rakyat atau pun hutan tanaman rakyat.
Pembicaraan lain dalam pertemuan bilateral tersebut antara lain menyangkut perlunya peningkatan kerja sama perdagangan produk-produk kehutanan dan peningkatan investasi Republik Korea di Indonesia. Di samping itu juga dibahas peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang dapat dilakukan dalam kerangka kerja sama multilateral dengan FAO. Peningkatan kerja sama bisnis to bisnis serta kerja sama multilateral dalam kerangka Asian Forest Cooperation Organization (AFOCO) juga dibahas pada pertemuan bilateral tersebut.