REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok mencatat ada 1.800 dari 3.600 angkutan kota (angkot) dari berbagi jurusan yang sudah tidak layak beroperasi. Untuk itu, Dishub Kota Depok akan segera melakukan peremajaan angkot.
"Dengan jumlah angkot yang tak laik jalan yang cukup banyak, maka kami akan lakukan penindakan untuk dilakukan peremajaan armada," ujar Kepala Dishub Kota Depok Dadang Wihana di saat dihubungi di Balai Kota Depok, Selasa (18/6).
Dia mengutarakan, pihaknya juga akan mendesak Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Depok untuk melaksanakan peremajaan angkot. "Aturan bakunya, peremajaan armada harus dilakukan setiap lima tahun sekali. Nah, banyak angkot di Kota Depok yang sudah lebih dari lima tahun. Tapi, kami punya kebijakan dan hanya akan menindak angkot diatas 20 tahun," jelas Dadang.
Menurut Dadang, dengan dilakukan peremajaan angkot, diharapkan dapat menguntungkan pemilik angkot yang tentunya dapat menambah minat penumpang. "Tanpa adanya peremajaan maka masyarakat nggak tertarik naik angkot," tuturnya.
Saat ini, lanjut dia, satu angkot hanya mengangkut penumpang 30 orang per harinya. "Saat ini juga angkot kalah bersaing juga dengan ojek online (ojol). Angkot terlihat tak ada peminat, angkot yang melintas terlihat cuma satu atau dua orang penumpangnya. Saya mengapresiasi jika ada angkot yang dilengkapi dengan AC," ungkap Dadang.
Dia menambahkan, angkot dengan fasilitas AC dan layanan yang baik tentu akan membuat penumpang jauh lebih nyaman. "Fasilitas yang bagus, bersih dan cara mengemudi yang baik, pasti akan kembali menarik minat masyarakat untuk kembali naik angkot," terang Dadang
Pemilik angkot, M Said, merasa belum siap melaksanakan program peremajaan angkot yang akan dilakukan Dishub Kota Depok dan DPC Organda Kota Depok. "Nggak sanggup kita. Pembayaran cicilan pembayaran peremajaan cukup mahal," terangnya.
Untuk itu, Said lebih memilih menjual empat angkot jurusan Terminal Depok-Depok Dalam yang dimilikinya dan berencana memilih membuka usaha lain. "Buat apa dilakukan peremajaan, mending dijual karena tetap saja angkot akan kalah bersaing dengan ojol. Hari gini, masyarakat sudah tak ada yang mau naik angkot," jelasnya pasrah.
Hal yang sama juga diutarakan, pemilik angkot, Bahri. "Saat ini setoran yang didapat dari angkot, tidak menutup untuk semua kebutuhan angkot itu sendiri, seperti bensin, servis, ganti oli, ganti ban, dan sebagainya. Jadi buat apa diremajakan, biarin aja saya narik angkot sampai rusak. Setelah itu angkot saya jual rongsokan," tuturnya.
Pemilik angkot lainnya, Mulyana juga tidak akan ikut program peremajaan angkotnya karena alasan tak mampu melakukan cicilan angkot baru. "Angkot saya sistemnya setoran. Ada sopir yang bawa. Dalam satu hari mereka setor Rp 140 ribu. Ini sangat kurang dari kebutuhan kami, baik untuk upah sopir dan juga untuk perawatan mobil, apalagi untuk mencicil angkot baru. Nggak sanggup , diharuskan menyetorkan Rp 20 juta sebagai uang muka. Harus dilunasi selama tiga hingga empat tahun dengan besaran cicilan Rp 4 juta per bulan," ungkpanya.
Mulayana menambahkan, saat ini ongkos angkot Rp 4.000 untuk sekali jalan, sangat tidak menutupi untuk semua biaya operasional angkot dan juga upah sopir. Idealnya tarif angkot itu Rp 7.500. "Tapi pasti semakin kalah bersaing dengan ojol. Ya, saya pilih menjual angkot daripada ikut program peremajaan," tegasnya.