Selasa 18 Jun 2019 14:39 WIB

Menikmati Malioboro tanpa PKL dan Kendaraan Bermotor

Penutupan untuk kendaraan bermotor cukup membuat wisatawan nyaman melintasi Malioboro

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Kondisi Jalan Malioboro saat uji coba bebas kendaraan bermotor, Yogyakarta.
Foto: Republika/ Wihdan
Kondisi Jalan Malioboro saat uji coba bebas kendaraan bermotor, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tidak terdengar riuh pedagang kaki lima menjajakan dagangan. Tidak pula memekakan telinga bising kendaraan bermotor yang melintas. Itulah sekilas suasana Malioboro Selasa (18/6) pagi.

Sejak 06.00 WIB, praktis cuma petugas penyapu jalan dan wisatawan yang melintas. Sesekali, putaran roda becak-becak atau bunyi tapak sepatu kuda dari delman yang melintas mencari penumpang yang terdengar.

Baca Juga

Suasana jelas lebih segar. Sebat, polusi udara dan polusi suara dari knalpot-knalpot kendaraan bermotor sejenak hilang. Tidak ada pula sampah-sampah yang biasanya masih ditemukan di sudut-sudut toko.

Seorang wisatawan asal Kota Depok, Rina (22 tahun), mengaku tidak tahu akan ada penerapan uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor. Tapi, ia merasa setuju-setuju saja jika memang diterapkan.

Rina berpendapat, salah satu manfaat pelarangan kendaraan bermotor melintas tidak terlihat kemacetan yang biasa menggangu. Belum lagi, bising klakson-klakson yang terjadi jika ada yang berhenti.

"Biasanya macet ini di sini, kalau ada mobil berhenti, atau nurunin penumpang, sana klakson sini klakson," kata Rina, sambil menunjuk ke sekitaran Malioboro Mall, Selasa (18/6) pagi.

Rina, yang sudah satu pekan di Yogyakarta mengunjungi kerabatnya, mengaku hampir setiap sore datang ke Malioboro. Karenanya, tahu betul padatnya Malioboro satu pekan terakhir.

Untuk itu, ia merasa senang, jika Malioboro bisa bebas kendaraan dan pedagang kaki lima. Walaupun, Rina paham betul kadang sulit mencari jajanan-jajanan yang biasanya dinikmati ketika melintasi Malioboro.

"Konsekuensinya memang tidak ada pedagang ya, adanya yang di toko-toko," ujar Rina.

Senada, Dadang dan keluarganya, merasa cukup kesulitan untuk bisa berbelanja tanpa adanya pedagang-pedagang kaki lima. Walaupun, ia masih bisa mencari oleh-oleh di toko-toko yang tetap buka.

Namun, ia menilai, ada sensasi yang berbeda jika berbelanja di PKL-PKL. Salah satunya, tidak ada sensasi tawar menawar yang biasanya terjadi jika berbelanja di pesestrian Malioboro.

Meski begitu, secara umum, Dadang mendukung jika Malioboro bisa bebas kendaraan bermotor. Sebab, setiap ke Malioboro, biasanya Dadang memang memarkirkan kendaraan di Parkir Abu Bakar Ali.

"Lah biasanya mah memang parkir di sana, terus jalan ke sini, jadi sama saja, bedanya jalanannya lebih lenggang ya, lebih enak," kata Dadang.

Pantauan Republika, penutupan untuk kendaraan bermotor cukup membuat wisatawan nyaman melintasi Malioboro. Bahkan, tidak sedikit yang turun ke jalan-jalan untuk berswafoto (selfie).

photo
Uji Coba Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor. Kondisi Jalan Malioboro saat uji coba bebas kendaraan bermotor, Yogyakarta, Selasa (18/6/2019).

Selain itu, masyarakat yang mengendarai sepeda tampak begitu nyaman melintas. Malah, melintas ke dua arah, walaupun Jalan Malioboro sendiri biasanya hanya berlaku satu arah.

Bahkan, di sirip-sirip parkir yang ada di pedestrian Jalan Malioboro, terlihat beberapa wisatawan yang bermain papan skate. Mereka tampak begitu menikmati lengangnya Jalan Malioboro.

Uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor resmi dimulai setiap Selasa (18/6). Tidak cuma itu, selama satu hari (06.00-21.00), Malioboro bebas dari pedagang kaki lima.

Arus ditutup mulai depan Parkir Abu Bakar Ali, dan semua kendaraan bermotor yang melintas dialihkan ke Jalan Pasar Kembang. Kecuali, Transjogja, becak, delman dan kendaraan layanan publik lain.

Tapi, pengendara masih bisa memasuki Jalan Malioboro melewati Jalan Sosorowijayan. Walaupun, mereka harus ke luar lagi dari Jalan Malioboro melalui Jalan Dagen atau Jalan Perwakilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement