Selasa 18 Jun 2019 14:17 WIB

Wolbachia Potensial Kendalikan DBD di Yogyakarta

WMP Yogyakarta diusulkan mulai melakukan penyusunan rencana studi implementasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas menunjukan telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas menunjukan telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta terus melakukan langkah-langkah pengendalian demam berdarah dengue (DBD). Terakhir, teknologi Aedes aegypti Wolbachia ditemukan berpotensi kuat mengendalikan.

Peneliti utama WMP Yogyakarta, Adi Utarini mengatakan, WMP pada periode Agustus 2016-Februari 2017 telah meletakkan ember-ember berisi telur Aedes aegypti Wolbachia ke tujuh kelurahan.

Semua tersebar di Kecamatan Tegalrejo dan Kecamatan Wirobrajan. Setelah dua tahun, Wolbachia terbukti mengurangi 74 persen DBD di wilayah-wilayah itu dibandingkan wilayah-wilayah pembanding.

"Meski demikian, kita masih terus berproses untuk mendapatkan hasil akhirnya," kata Adi, pada pertemuan pemangku kepentingan nasional.

Pertemuan digelar pada Mei lalu dan menghasilkan dua rekomendasi. Pertama, WMP Yogyakarta diusulkan mulai melakukan penyusunan rencana studi implementasi sambil menanti hasil akhir studi 2020.

Mereka akan bekerja bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) serta Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan.

Kedua, penetapan wilayah-wilayah studi implementasi dilakukan dengan kriteria. Semua akan dibahas bersama pihak program dan Balitbangkes, serta dilakukan di beberapa wilayah.

Rencananya, studi akan dilaksanakan di 3-4 wilayah-wilayah di luar Kota Yogyakarta. Hal itu dilakukan demi mendapat catatan berbeda tentang kemampuan Wolbachia.

"Kami akan lebih intens berdiskusi dengan kementerian pusat untuk membahas studi implementasi," ujar Adi.

Sebelumnya, DBD memang masih menjadi permasalahan besar di Kota Yogyakarta. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melansir data peningkatan kasus yang terjadi.

Hingga akhir Mei terdapat 335 kasus. Jumlah itu meningkat dari jumlah kasus pada periode yang sama tahun lalu 51 kasus, walau tidak terjadi fatalitas (angka kematian) yang tidak diinginkan.

Untuk meningkat kesadaran bersama tentang bahaya DBD, negara-negara ASEAN menetapkan 15 Juni sebagai Hari Dengue ASEAN. Tahun ini, tema yang diusung 'End Dengue: Starts With Me'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement