Selasa 18 Jun 2019 09:17 WIB

Daya Pikat Sekolah Islam

Apa saja daya pikat sekolah Islam yang saat ini mengalami kemajuan pesat?

Pendidikan/Ilustrasi

Dalam gerakan sentripetal, orientasi pengembangan pendidikan menuju pada pusat lingkaran (baca: sistem sekolah/pendidikan nasional). Dalam pola ini, orientasi pengembangan pendidikan Islam cenderung monoton dan bergerak ke satu arah, yakni sistem sekolah.

Kebalikan dari strategi sentripetal adalah gerakan sentrifugal yang berusaha menjauhi pusat lingkaran. Artinya, proses inovasi sekolah dengan melakukan pencarian jati diri, baik dengan berkaca pada sejarah, melihat kebutuhan masyarakat, maupun visi masa depan.

Dalam pencarian jati diri ini, secara hipotetik ada tiga orientasi filsafat sekolah Islam, yakni perenialisme, esensialisme, dan progresivisme. Orientasi perenialisme menghendaki sekolah Islam dikembalikan pada suasana zaman salaf secara verbatim (baca: regresif). Ciri menonjolnya adalah pengarusutamaan hafalan Alquran dan pemeliharaan kebiasaan kaum salaf seperti cara berpakaian.

Berbeda dengan kaum perenialis, orientasi pendidikan kaum esensialis menekankan keagungan tradisi keilmuan Islam berupa khazanah kitab kuning sebagai gudang ilmu (baca: generasi imam mazhab fikih).

Pendidikan dimaknai sebagai penyerapan terhadap keilmuagamaan klasik sebagai bekal untuk kehidupan masa kini. Sekolah Islam yang berorientasi perenialis bercorak regresif, esensialis bercorak tradisionalis, sedangkan progresivisme bercorak progresif.

Kaum progresif menghargai generasi salaf secara substantif dan menghargai imam mazhab secara manhaji. Bahan-bahan itu diolah sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki pengalaman aktual sebagai bekal memecahkan kehidupan yang tengah dihadapi.

Baik yang berorientasi perenialis, esensialis, maupun progresif ditantang memformulasikan sekolah model baru yang dapat memikat publik.

Umumnya, sekolah Islam yang mampu memikat publik mutu akademiknya bagus, budaya sekolah bagus (bersih, disiplin, ramah anak), dan diliputi suasana religius (pembiasaan shalat berjamaah, hafalan Alquran).

Secara historis, kehadiran sekolah Islam model baru ini awalnya (baca: 1980-an) terbatas di kota-kota besar ibu kota provinsi. Ia terus tumbuh dan sejak 2000-an mulai merambah kota-kota kabupaten, dan saat ini menembus kota-kota kecamatan di pelosok Tanah Air.

Institusi pendidikan Islam adalah corong dakwah paling efektif untuk penyiaran/dakwah Islam. Tanpa kehadiran sekolah Islam, menurut Clifford Geertz (2013:255), di Indonesia tidak akan ada apa yang disebut masyarakat Islam.

Dengan hadirnya sekolah Islam model baru yang bermutu ini, pada gilirannya melahirkan masyarakat Islam berkualitas. 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement