Ahad 16 Jun 2019 13:17 WIB

Nelayan Laut Selatan Tunda Panen Ikan

Gelombang tinggi membuat nelayan urung melaut.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Nelayan (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Nelayan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Nelayan di laut selatan, sejak pasca-Lebaran tak bisa melakukan aktivitasnya mencari ikan. Hal itu menyusul kondisi laut selatan yang sering diwarnai gelombang tinggi.

''Saat ini sebenarnya sedang panen ikan. Namun kami tidak berani melaut, karena gelombang laut sangat tinggi,'' kata Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang, Tarmuji, Ahad (16/5).

Baca Juga

Menurutnya, musim ikan di laut selatan biasanya akan datang bersamaan dengan datangnya musim angin timur. Pada musim itu, berbagai jenis ikan akan bergerombol tidak terlalu jauh dari pantai, sehingga lebih mudah ditangkap nelayan.

''Musim angin timur sebenarnya sudah mulai berlangsung sejak pekan pertengahan Bulan Puasa. Saat itu, kami sempat mengalami panen ikan dengan hasil tangkapan yang berlimpah. Namun setelah libur Lebaran, gelombang laut sangat tinggi sehingga kami tidak bisa meneruskan masa panen ikan,'' katanya.

Namun, dia menyatakan, musim angin timur ini biasanya akan berlangsung selama empat bulan. Selama musim tersebut, ikan relatif lebih mudah diperoleh dibanding masa musim angin barat. ''Mudah-mudahan saja, kondisi gelombang tinggi ini tidak berlangsung lama sehingga nelayan Cilacap bisa melanjutkan musim panen,'' katanya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono, mengakui musim angin timur yang menjadi pertanda datangnya musim panen ikan, memang sudah berlangsung sejak Ramadhan lalu. Saat itu, hasil tangkapan nelayan cuukup melimpah, mulai dari jenis ikan tongkol, ikan tuna, sampai baby tuna. ''Hampir semua nelayan mengalami musim panen yang berlimpah. Baik nelayan kecil yang mencari ikan tak jauh dari garis pantai maupun nelayan dengan kapal besar yang mencari ikan di laut lepas, juga mendapat hasil panen yang cukup banyak,'' katanya.

Sarjono yang memiliki empat kapal berbobot 20 GT, mengaku selama masa awal musim angin timur tersebut, nelayannya mampu menangkap ikan hingga 2 ton ikan baby tuna dan tongkol per kapal dalam sehari.

Menjelang Idul Fitri, kata Sarjono, seluruh nelayan baik nelayan kecil maupun nelayan dengan kapal besar, menghentikan kegiatannya menangkap ikan. Nelayan dengan kapal besar yang biasa berada di tengah laut selama berhari-hari, juga pulang ke rumah untuk berlebaran bersama keluarga.

''Setelah masa Libur lebaran, para nelayan kapal besar sebenarnya sudah bersiap untuk kembali mencari ikan. Namun mengingat kondisi gelombang laut yang tinggi, mereka belum bisa melakukan kegiatannya,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement