Jumat 14 Jun 2019 17:27 WIB

Puncak Kemarau di Malang Raya Diperkirakan Agustus

Di beberapa wilayah Malang Raya itu sudah ada yang tidak hujan lebih dari satu bulan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, Malang Raya telah memasuki musik kemarau sejak Mei lalu. Bahkan, puncak musim ini diprediksi terjadi pada Agustus mendatang.

"Sampai pantauan pada 10 Juni, di beberapa wilayah Malang Raya itu sudah ada yang tidak hujan lebih dari satu bulan," kata Prakirawan BMKG Karangploso, Ahmad Lutfi kepada Republika, Jumat (14/6).

Lutfi menerangkan, pihaknya biasanya selalu memantau secara berkala perubahan iklim setiap 10 hari. Berdasarkan pantauan sementara, beberapa wilayah di Malang Raya sudah tidak mengalami hujan selama beberapa hari berturut-turut.

Potensi kekeringan telah mulai terlihat di Donomulyo, Kabupaten Malang. Wilayah Karangploso juga dinilai telah memiliki indikasi potensi serupa. "Kota (Malang) juga sudah terlihat," kata Lutfi.

Secara umum, periode tidak hujan di Malang Raya hanya berkisar kurang dari 30 hari sejauh ini. Namun prakiraan ini akan terus bertambah, mengingat puncak musik kemarau terjadi pada Agustus mendatang. "Kalau lihat ke depan, prakiraan BMKG hingga Agustus itu cenderung bersifat di bawah normal. Lebih kering daripada kondisi biasanya," tambah dia.

Lutfi menegaskan, kemarau kali ini memang diprediksi akan lebih kering. Namun perbandingannya bukan dengan tahun lalu, maupun di 2017. Perbandingannya dengan musim kemarau periode 1981 hingga 2010.

Dengan adanya prakiraan ini, Lutfi mengimbau para stakeholder dan masyarakat agar selalu melihat informasi cuaca dan iklim terbaru dari BMKG. Apalagi, ia melanjutkan, BMKG selalu memantau kekeringan setiap 10 hari sekali.

"Setiap (tanggal) 11, 21 dan hari terakhir di bulan terkait," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement