REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, sejak 6 Juni 2019 kini meluas. Kendati demikian, ketinggian air mulai surut.
Kasubdit Pengembalian Hak Pengungsi Kedeputian Penanganan Darurat BNPB Budhi Erwanto mengatakan, banjir yang terjadi di Samarinda akibat hujan dengan intensitas tinggi membuat air Sungai Bengkuring meluap sejak 6 Juni 2019 kemarin. "Kemudian hingga 11 Juni 2019 pukul 21.00 WIB, banjir meluas ke wilayah Karang Mumus Ilir, yaitu Wilayah Selatan Kelurahan Sempaja Timur dan Kelurahan Gunung Lingai. Rata-rata ketinggian air (TMA) 30-75 cm," ujarnya saat dihubungi, Rabu (12/6).
Awalnya, dia menyebutkan, banjir terjadi di Kecamatan Samarinda Utara, yaitu Kelurahan Sempaja Utara, Kelurahan Gunung Lingai, Kelurahan Sempaja Timur. Kemudian, Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kelurahan Mugirejo, Kelurahan Bandara di Kecamatan Sungai Pinang. Kemudian, di Kecamatan Samarinda Ulu yaitu Kelurahan Sidodai dan Kecamatan Bukit Pinang.
Meskipun wilayah yang digenangi banjir meluas, Budhi mengklaim ketinggian air (TMA) kini mulai surut karena perlahan air bergeser ke tempat yang lebih rendah. Ini terlihat dari ketinggian air banjir yang awalnya 25-125 cm menjadi rata-rata 30-75 cm.
"Hingga kini banjir mengakibatkan sedikitnya 11.652 kepala keluarga (KK)/35.684 jiwa terdampak," ujarnya. Selain itu, 626 unit rumah di Kelurahan Temindung Permai terdampak. Lebih lanjut, ia menyebut tim reaksi cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda melakukan pengiriman armada air, evakuasi warga yang memerlukan bantuan evakuasi dan pengiriman logistik.
Pengiriman bantuan logistik ke korban terdampak, dia menambahkan, menggunakan perahu karet. Karena itu, ia menyebut kebutuhan mendesak adalah perahu karet dan family kit.
Kejadian ini, dia menambahkan, membuat Wali Kota Samarinda telah menetapkan status tanggap darurat terhitung mulai tanggal 7 Juni–13 Juni 2019.