Rabu 12 Jun 2019 07:33 WIB

Asma Nadia: Menulis adalah Berjuang

Menulis sama halnya dengan memberikan suara kepada mereka yang tak bisa bersuara

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Karta Raharja Ucu
Suasana pelatihan menulis novel bersama Asma Nadia di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (24/4).
Foto: Republika/Prayogi
Suasana pelatihan menulis novel bersama Asma Nadia di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (24/4).

Meski telah menulis puluhan novel, Asma Nadia mengakui terkadang menemui kebuntuan juga. Maka, perempuan yang mendapat gelar Tokoh Perubahan Republika 2010 itu mengulas pula writer's block alias kebuntuan penulis yang kerap dianggap sebagai momok.

Mengatasinya bisa dengan berbagai cara. Untuk melompat dari kebuntuan, Asma menyarankan, menuliskan satu kata yang tebersit di kepala secara spontan. Lantas, kembangkan menjadi sebuah kalimat dan paragraf.

Terkadang, kata dan kalimat itu terbaca tidak padu, atau terkesan asal-asalan. Hal itu sama sekali bukan masalah. Evaluasi bisa dilakukan kemudian. Dia mengajak semua penulis untuk membuka mata lebih lebar mencermati hal-hal di sekeliling. Telinga harus menangkap suara-suara tak terdengar, begitu pula hati yang lebih peka.

photo
Suasana pelatihan menulis novel bersama Asma Nadia di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (24/4).

Selama masih punya keresahan yang hendak dibagikan, ide menulis menurut dia, tidak akan pernah padam. Asma juga mengingatkan pentingnya meniatkan menulis sebagai ibadah. Karena itu, Asma selalu berikhtiar memopulerkan buku halal. Kehalalan yang dia maksud adalah layak dibaca semua kalangan dan usia. Buku menggunakan bahasa santun dalam mengisahkan segala konflik.

Bagi penulis yang baru menerbitkan buku From Me to You: Love Notes itu, menulis adalah berjuang. Menurut Asma, menulis sama halnya dengan memberikan suara kepada mereka yang tak bisa bersuara. Memberi tempat kepada mereka yang tidak punya ruang dan kesempatan untuk diperhatikan.

Baca Juga: Belajar Menulis Novel Bersama Asma Nadia dan Republika

Penulis punya tugas besar demikian. Maka, dia ingin karyanya menjadi media pembelajaran dan sumber inspirasi. "Penulis yang menyadari bahwa menulis adalah berjuang, tidak akan selesai setelah menulis satu novel saja. Karena, ada begitu banyak hal yang perlu disuarakan dan diperjuangkan," kata Asma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement