REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Seorang pria yang sudah tak lagi muda itu tampak tertatih-tatih, saat menenteng sepeda di sisi jalan menanjak di wilayah Malangbong, Garut, Rabu (6/6) kemarin sore. Badannya dilapisi jaket hoodie berbahan tipis berwarna oranye, lengkap dengan sarung tangan.

Penampilan orang tua ini terlihat seperti sudah terbiasa mengendarai sepeda dan penuh persiapan. Tas hitam bercorak putih menggantung di punggung. Rambutnya tertutupi topi. Setelan bawahnya memakai celana pendek, dan kain putih yang melingkari area lutut. Sepatu juga dipakainya, termasuk kaos kaki hitam yang melampaui mata kaki.

Selamat, namanya. Pria berusia 56 tahun ini tak sendiri. Anaknya, Oki Oktavi Yana, juga ikut di belakang. Sambil menenteng sepeda, ia terus membuntuti sang ayah di tanjakan itu. Penampilan bersepedanya pun tak kalah. Seolah profesional karena memakai helm khusus pesepeda.

"Ingin silaturahmi sekalian sama olah raga juga," kata Selamat dengan tersengal-sengal kepada Republika.co.id, di tepi jalan yang sedang ramai dilintasi pemudik baik ke arah barat atau timur.

Tujuan mudik Selamat adalah Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Dia berangkat dari tempat tinggalnya di Sukajadi, Bandung, pada sekitar pukul 10.00 WIB usai menunaikan shalat Idul Fitri. Mudik ke Tasikmalaya dengan sepeda ini sudah tiga kali dilakukannya sejak 2017 yang lalu.

Bukan karena tak punya uang yang membuat Selamat enggan naik mobil atau motor. Dia hanya ingin bersilaturahmi ke keluarga besar sambil mendapat manfaat kesehatan untuk tubuhnya. "Kurang senang kalau naik mobil atau motor. Lebih suka naik sepeda, sehat," ucap bapak dua anak itu.

Selamat mengaku memang hobi mengendarai sepeda. Tiap hari, pria yang bekerja sebagai satpam di daerah Pasteur ini selalu membawa sepeda ke kantor. Hobinya ini kemudian ditularkan kepada anaknya, hingga pada tahun inilah anaknya pertama kali ikut sang ayah mudik dengan sepeda.

Ikuti Whatsapp Channel Republika