REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Jumiah tampak bersemangat menyambut pagi. Tangannya tak henti membuka gulungan terpal dan sajadah untuk kemudian dia tata di bekas lokasi Masjid Quba. Hari memang masih cukup pagi. Sekira pukul 06.00 WITA,
Jumiah bersama beberapa masyarakat saling bergotong royong mempersiapkan pelaksanaan shalat Idulfitri. Setelah merasa segala persiapan sudah selesai, ayah dari dua anak itu bergegas menuju 'rumah sementara' untuk mandi.
"Idulfitri kali ini memang berbeda karena ini Idulfitri pertama bagi kami setelah mendapat musibah gempa pada tahun lalu," ujar Jumiah saat berbincang dengan Republika.
Jumiah tinggal di Dusun Guntur Macan, Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kampungnya merupakan salah satu wilayah yang terdampak gempa yang melanda NTB pada akhir Juli hingga Agustus pada 2018.
Pria berusia 40 tahun itu mengatakan rumah seluruh masyarakat di dusun ini mengalami kerusakan dengan berbagai kategori: rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat. Rumah Jumiah sendiri mengalami rusak berat dan belum mendapat dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi dari pemerintah.
Jumiah berharap momentum Idulfitri bisa diambil pemerintah untuk membantu warga terdampak gempa yang masih membutuhkan bantuan tempat tinggal. Hingga saat ini, Jumiah beserta keluarga masih tinggal di 'rumah sementara'. Rumah sementara itu merupakan sebuah tempat tinggal yang ia bangun secara swadaya dengan memanfaatkan sisa-sisa bangunan lama yang masih dapat digunakan di atas pondasi rumah lama yang sudah rata akibat gempa.
Warga terdampak gempa shalat id di masjid darurat yang dibuat akibat gempa di Desa Guntur Macan, Kecamatan Guntur Macan, Lombok Barat, NTB, Rabu (5/6). (Republika/Muhammad Nursyamsyi)
Di tengah segala keterbatasan dan ujian akibat gempa, Jumiah mengaku tetap antusias dalam menyambut hari raya Idulfitri. Kata dia, antusiasme yang sama juga ditunjukan seluruh warga Dusun Guntur Macan.
"Alhamdulillah semalam kami masih bisa gelar tradisi pawai takbiran di dusun, ramai dan masyarakat terutama anak-anak pada senang," kata Jumiah.
Masjid Quba merupakan salah satu masjid yang dulunya menjadi pusat kegiatan ibadah dan berbagai kegiatan keagamaan bagi masyarakat sekitar. Gempa yang melanda mengakibatkan masjid ini roboh.
Jumiah mengatakan masyarakat kala itu bahu-membahu membersihkan sisa-sisa bangunan masjid dan membangun kembali masjid darurat di lokasi yang sama dengan bahan seadanya. Masjid darurat dibangun dengan tiang-tiang dari kayu beratapkan spandek serta terpal.
"Meski sederhana, yang terpenting masyarakat masih bisa menunaikan kewajiban shalat dengan nyaman," ucap Jumiah.
Shalat Idulfitri di Masjid Quba akan diselenggarakan pada pukul 08.00 WITA. Pantauan Republika, masyarakat dari dua rukun tetangga (RT) yang ada di Dusun Guntur Macan mulai berdatangan.
"Setelah shalat Id, masyarakat biasanya melanjutkan dengan silaturahmi dengan tetangga dan juga ziarah ke makam," kata Jumiah.