Senin 03 Jun 2019 12:12 WIB

Menyasak Koin dari Para Pemudik di Pantura

Kegiatan menyasak uang koin ini cukup berbahaya

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nidia Zuraya
Uang Koin (Ilustrasi)
Uang Koin (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Sudah menjadi tradisi masyarakat di jalur Pantura dekat jembatan Kali Sewo menyapu uang koin beberapa hari sebelum dan sesudah Idul Fitri. Hal tersebut sudah tidak asing lagi bagi pengendara yang sering melintasi jalur Pantura di wilayah Subang dan Indramayu.

Masyarakat di sekitar jembatan Kali Sewo berjejer di pinggir jalan raya Pantura. Mereka membawa sapu yang terbuat dari ranting pohon kering untuk mengais uang receh yang dilemparkan para pengendara. Meski risikonya besar, mereka tetap nekat melakukannya.

Baca Juga

Kali Sewo terletak di perbatasan yang memisahkan Desa Sewo Harjo di Kabupaten Subang dan Desa Sukra di Kabupaten Indramayu. Masyarakat di kedua desa tersebut memang ada yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan menyapu uang koin.

Mereka mengaku hasil menyapu uang koin digunakan untuk membeli beras. Tapi ada juga yang mengaku sekedar mengisi waktu luang karena tidak memiliki pekerjaan.

Daran (45 tahun), warga Desa Sewo Harjo, Kecamatan Pusaka Negara, Subang mengatakan, menjelang Lebaran banyak orang di sekitar jembatan Kali Sewo menaruh harapan pada koin-koin yang dilemparkan para pengendara. Kalau lama sabar menanti dan lincah mengais uang koin yang dilempar, sehari bisa dapat Rp 100 ribu.

"Tapi kalau tidak lincah nyasak (menyapu koin) paling hanya dapat Rp 20 ribu saja, tergantung lama atau tidaknya ikut nyasak, sumber pangan orang Sewo ya di sini, kalau nggak nyasak ya nggak makan, nggak jajan," kata Daran saat ditemui Republika di samping Jembatan Kali Sewo, Senin (3/6).

Daran yang berprofesi sebagai buruh tani mengaku uang koin yang didapatnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur seperti membeli beras. Jika pendapatannya di jembatan Kali Sewo cukup banyak, bisa digunakan untuk membeli pakaian Lebaran.

Tapi kalau pendapatannya sedikit paling hanya untuk membeli beras. "Kalau nggak dapat banyak paling buat isi perut saja," ujarnya dengan logat Jawa.

Hal serupa disampaikan Karsa (44) yang sedikit kecewa karena kegiatan nyasak uang koin dibatasi oleh aparat keamanan. Namun, Daran dan Karsa menyadari kegiatan nyasak uang koin memang cukup berbahaya sehingga harus ekstra hati-hati.

Bagi mereka, kegiatan menyapu uang koin di jembatan Kali Sewo untuk mendapat penghasilan tambahan. "Penghasilan kita dari sini, kalau enggak dari sini dari mana lagi," ujar Karsa dengan nada sedikit keras.

Karsa yang berprofesi sebagai tukang angkut gabah mengaku mendapatkan uang dari hasil nyasak koin sebesar Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu setiap harinya. Uang tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan dapur dan rokok.

 

Lain cerita dengan Kusnan (45), dalam sehari dia bisa mendapat Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu dari hasil nyasak uang koin di jembatan Kali Sewo. Uang tersebut digunakannya untuk membeli beras dan jajan anaknya.

Ia mengungkapkan, meski nyasak koin dilakukan menjelang Lebaran, tapi hasilnya tidak bisa digunakan untuk beli baju Lebaran. "Nggak bisa beli baju Lebaran, dapatnya cuma segitu kalau dapat segitu cuma beli beras saja, kalau buat beli pakaian anak dari hasil mengangkut gabah," ujarnya sambil duduk bersiap menyapu koin dari pinggir jalan.

Kusnan berprofesi sebagai tukang angkut gabah, tapi bekerja hanya saat musim panen saja. Untuk mendapat uang tambahan, pria berusia 45 tahun itu mengaku harus nyasak koin di jembatan Kali Sewo.

Karyo pria berusia 60 tahun yang tinggal di dekat jembatan Kali Sewo bercerita, tradisi nyasak uang koin sudah ada sejak dulu. Kebanyakan orang tua yang menyapu uang koin karena mereka banyak yang tidak memiliki pekerjaan.

Nyasak koin jadi kegiatan untuk mengisi waktu luang sambil mengais sedikit rejeki dari orang-orang yang lewat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement