Jumat 31 May 2019 08:55 WIB

Menengok Masjid Ramah Difabel di Jakarta

Pembangunan fasilitas difabel harus tetap berstandar internasional.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bilal Ramadhan
 Seorang jamaah difabel melasaknakan shalat Ied berjamaah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Ahad (19/8). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Seorang jamaah difabel melasaknakan shalat Ied berjamaah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Ahad (19/8). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat pemandangan berbeda yang dapat menyita perhatian ketika berkunjung ke Masjid El Syifa, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pasalnya, di halaman parkir terdapat bangunan dengan luas 6 x 3,5 meter  yang berwarna hijau dan putih.

Adapun gambar orang dengan kursi roda yang dilengkapi tulisan berwarna putih dalam bangunan tersebut “wudhu dan toilet”. Tulisan tersebut berlatar belakang berwarna hitam.

Tempat tersebut memang khusus dirancang untuk kaum difabel. Mulai dari masuk sampai ke dalam masjid bangunan ini sudah ramah untuk kaum difabel.

Ketika masuk pada pintu masuk terdapat bidang miring untuk membuat pengguna kursi roda masuk ke dalam tempat wudhu dan toilet tersebut. Adapun toiletnya memang dirancang sedemikian rupa agar ramah difabel.

Di dalam toilet tersebut terdapat kloset duduk dilengkapi dengan shower, sabun cair, dan handuk kecil untuk mengelap kursi roda. Terdapat dua pegangan tangan di dalam toilet ini.

Pertama, di dekat pintu masuk toilet dilengkapi dengan tombol darurat. Kedua, di dekat kloset. Sehingga pengguna kursi roda leluasa untuk bergerak serta memutar.

Tempat wudhu pun dilengkapi dengan tiga wastafel yang bisa ditarik ke depan dan terdapat dua sumber ai, dari keran wastafel dan dari shower. Sehingga, mereka bisa mudah membasuh tangan serta kakinya ketika berwudhu. Di setiap wastafel juga sudah disediakan handuk kecil untuk mengelap roda.

Di bawahnya juga disediakan karpet karet yang permanen serta lantai kasar yang antilicin. Jika sudah selesai, mereka dapat langsung ke dalam masjid dengan melewati bidang miring dan pegangan tangan yang sudah disediakan.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) El Shifa Haji Muhiddin mengatakan, masjid ini sudah dibangun sejak 1901. Pada 2018, masjid ini satu-satunya di DKI Jakarta yang memiliki tempat wudhu dan toilet ramah difabel. Untuk menyediakan tempat khusus ini, dibutuhkan proses panjang.

“Ya, awalnya kami cek ke kelurahan Ciganjur ada berapa yang difabel. Ternyata ada 115 orang datanya. Pembangunan bulan November 2018 dan diresmikan wali kota Jakarta Selatan Desember 2018,” kata Muhiddin kepada Republika, Kamis (30/5).

Muhiddin menambahkan fasilitas wudhu dan toilet ramah difabel ini disediakan agar para penyandang disabilitas aman serta nyaman untuk shalat berjamaah di masjid. Sebab, mereka juga sama dengan yang lainnya tidak ada perbedaan.

“Mereka itu penuh dengan kelebihan bukan kekurangan. Jangan ada perbedaan antara orang yang normal dengan difabel. Semenjak ada fasilitas yang disediakan banyak yang ikut shalat berjamaah. Kebanyakan memakai kursi roda dan memakai tongkat kaki,” ujar dia.

Sekretaris DKM El Shifa Hadi Syaifullah mengatakan, pembangunan fasilitas tersebut tidak sembarangan, melainkan dengan persyaratan fasilitas difabel berstandar internasional. Adapun persyaratannya yaitu, keramik antilicin, pegangan tangan, tombol darurat, wastafel ramah difabel, dan karpet karet.

“Kami juga membangun dengan dasar fikihnya. Semua dipertimbangkan. Banyak yang mengusir pengguna kursi roda untuk shalat di masjid katanya najis. Tapi kami tidak, kami rangkul dan kami sediakan fasilitas ramah difabel yang aman dan nyaman,” kata Hadi.

Hadi menambahkan, fasilitas wudhu dan toilet ini dibangun dengan uang jamaah masjid. Fasilitas tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 150 juta. Bangunan ini selesai hanya butuh waktu 45 hari. Semenjak ada fasilitas tersebut para difabel terbantu kebanyakan wanita daripada pria.

“Nah, nantinya bakal kami bangun lagi. Ini kan baru satu. Rencananya nanti kami bikin dua lagi di belakang. Yang satu buat wanita dan yang satunya lagi untuk pria. Ya selesai Desember ini,” kata dia menambahkan.

Hadi berharap dengan adanya fasilitas ini masyarakat tidak memandang sebelah mata para difabel. Sebab, mereka juga setara dengan orang normal dan mereka juga ingin shalat berjamaah seperti kebanyakan orang.

“Fasilitas ini merupakan satu-satunya di DKI Jakarta. Maka dari itu, akan kami kembangkan. Nantinya juga kami renovasi masjid ini. Agar semua difabel seperti untuk tunanetra dan tunarungu bisa shalat berjamaah. Kami juga nantinya akan sediakan layar tausiyah, e-book, dan kacamata canggih untuk tunarungu,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement