Rabu 29 May 2019 22:15 WIB

BNPT: Gerakan Radikal Sebarkan Paham Saat Negara Kritis

Aksi 22 Mei ditunggangi oleh kelompok radikal sehingga berujung rusuh.

Aksi 22 Mei. Sejumlah massa membakar ban di tengah jalan Kemanggisan Utama, Slipi Jaya, Jakarta, Kamis (23/5).
Foto: Fakhri Hermansyah
Aksi 22 Mei. Sejumlah massa membakar ban di tengah jalan Kemanggisan Utama, Slipi Jaya, Jakarta, Kamis (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memandang, memanasnya politik di  Indonesia menyebabkan penyebaran paham radikalisme lebih cepat. BNPT mengklaim panasnya situasi politik dalam negeri dimanfaatkan kelompok radikal menyebarkan pahamnya.

Kepala Subdirektorat Kontrapropaganda BNPT, Kolonel Sujatmiko menyebut unjuk rasa berujung kerusuhan pada 21-22 Mei lalu memperlihatkan gerakan radikal memanfaatkan kondisi politik di Indonesia.

“Kelompok radikal terorisme itu akan selalu menggunakan kesempatan kejadian nasional yang kritis untuk masuk di dalamnya, untuk menyampaikan tujuan-tujuan mereka, termasuk yang kemarin (kerusuhan),” katanya usai kegiatan diskusi di Jakarta, Selasa (28/5).

Sujatmiko mengatakan dari data dan bukti BNPT, muncul indikasi aksi kerusuhan itu ditunggangi kelompok radikal. Ia memastikan, BNPT dapat mempertanggungjawabkan bukti-bukti tersebut.

“Saya ada data-datanya, video-video dan sebagainya yang sebenarnya tidak murni dilaksanakan oleh yang berkepentingan dalam pemilu, tapi betul-betul ditunggangi oleh kelompok radikal terorisme yang mungkin masih berafiliasi pandangannya terhadap ISIS dan sebagainya,” ujarnya.

Walau begitu, Sujatmiko tak mau menanggapi  apakah aksi kerusuhan pada 21-22 Mei kemarin itu “sukses” dilakukan oleh kelompok radikal. Ia hanya menegaskan penyebaran paham radikalisme dalam peristiwa kemarin eskalasinya cukup tinggi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement