REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 52 anak saat ini dirujuk ke Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) terkait peristiwa kerusuhan 21-22 Mei 2019. Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial (Kemensos) Kanya Eka Santi mengungkapkan saat ini pihaknya masih melakukan asesmen awal terkait anak-anak tersebut.
Kanya menuturkan beberapa penilaian yang dilakukan terkait hubungan anak dan kerusuhan yang terjadi. Asesmen awal yang dilakukan terkait dengan kondisi fisik anak dan alasan-alasan yang menyebabkan mereka bisa berada di lokasi kerusuhan.
Berdasarkan asesmen yang dilakukan, keberadaan anak-anak di lokasi kerusuhan memiliki berbagai macam alasan. "Ada anak-anak yang datang dengan inisiatif sendiri, ada yang datang dengan guru ngajinya, ada yang kebanyakan mereka diajak temannya dan mau melihat kerusuhan itu seperti apa. Ada yang mau datang, melihat di lapangan, ngasih ketapel batu kemudian melempar, dan sebagainya," kata Kanya, dalam konferensi pers di Kantor KPAI, Jakarta Pusat, Senin (27/5).
Namun, lanjut dia, ada juga anak yang hanya melihat namun terjebak di situasi. Ketika mereka akan mundur sudah tidak bisa lagi sehingga pada akhirnya ikut menjadi korban. Meskipun demikian, saat ini pendalaman-pendalaman masih terus dilakukan khususnya kepada 52 anak di BRSAMPK Handayani di Bambu Apus, Jakarta Timur.
Proses asesmen terhadap ke-52 anak tersebut saat ini masih akan terus dilakukan. Menurut Kanya, asesmen awal juga cukup kompleks karena melihat dari aspek biologis, psikologis, keadaan sosial, serta spiritual si anak.
Lebih lanjut, Kanya juga mengatakan pihaknya belum bisa mengidentifikasi mana korban, mana pelaku, dan mana saksinya. Kemensos, bersama KPAI juga akan menyingkronkan data dengan pihak kepolisian. Berdasarkan informasi dari kepolisian, Kanya mengatakan ada anak yang diduga ikut melakukan kerusuhan namun juga ada yang hanya disuruh.
"Ada yang meminta mereka membawa batu, tapi kami masih melakukan asesmen terhadap hal-hal seperti itu. Misalnya siapa yang menyuruh, bagaimana, itu kami masih lakukan pendalaman," kata Kanya.