REPUBLIKA.CO.ID, PEKNBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi 35 titik panas yang mengindikasikan terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen di Provinsi Riau. Lonjakan puluhan titik panas yang terdeteksi melalui pencitraan Satelit Terra dan Aqua, Ahad (26/5) petang tersebut, menyebar di delapan kabupaten dan kota di Provinsi Riau.
"Titik panas terbanyak terdeteksi di wilayah Bengkalis," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sukisno di Pekanbaru.
Di wilayah pesisir Riau itu, ia mengatakan terdapat 13 titik panas yang menyebar di empat kecamatan, seperti Bukit Batu, Mandau, Rupat, dan Pinggir. Kabupaten Pelalawan menjadi penyumbang titik panas kedua terbanyak di Riau dengan total 10 titik.
Sama seperti Bengkalis, 10 titik panas di Pelalawan juga menyebar di empat kecamatan, yakni Bunut, Kuala Kampar, Pangkalan Kuras, dan paling banyak terdeteksi di Langgam. Titik panas lainnya menyebar di Indragiri Hilir empat titik, Dumai tiga titik, Indragiri Hulu dua titik, serta masing-masing satu titik di Siak, Kampar, dan Kuantan Singingi.
Selain Riau, BMKG juga mendeteksi puluhan titik panas lainnya menyebar di sejumlah provinsi di Pulau Sumatera, di antaranya lima titik panas masing-masing menyebar di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung, tiga titik di Jambi serta satu titik di Bengkulu dan Kepulauan Riau. Dari 35 titik panas di Riau, BMKG menyatakan tujuh titik dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen.
Sebanyak tujuh titik panas itu, menyebar di Pelalawan tiga titik, serta satu titik masing-masing di Dumai, Bengkalis, Kampar, dan Kuantan Singingi. Pemerintah Provinsi Riau saat ini masih dalam status siaga kebakaran hutan dan lahan yang ditetapkan sejak Februari hingga 31 Oktober 2019.