Senin 27 May 2019 06:19 WIB

Masa Depan Pasar Benhil

Sepinya pembeli di lokasi sementara Pasar Benhil dikeluhkan para pedagang.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Bilal Ramadhan
Warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Benhil, Jakarta, Senin (6/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Benhil, Jakarta, Senin (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Tepat di seberang halte Transjakarta Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat, tampak sebuah bangunan setengah jadi berdiri tegak. Di sekitarnya juga terlihat alat berat, seperti crane yang mendampingi. Para pekerja bangunan juga terlihat sibuk mengerjakan bangunan yang tinggi itu.

Bangunan tersebut merupakan sebagian kecil dari rencana revitalisasi Pasar Benhil. Nantinya pasar tradisional di tempat tersebut akan mengusung konsep mixed use development atau pembangunan terpadu yang tidak hanya berfungsi sebagai pasar, tetapi juga fungsi-fungsi lain, seperti perkantoran, ritel, dan juga hotel.

Tak jauh dari pembangunan revitalisasi Pasar Benhil, terdapat bangunan setinggi tiga lantai. Tempat yang berada persis di belakang pembangunan pasar modern Benhil ini disebut sebagai tempat penampungan sementara (TPS) bagi para pedagang yang sebelumnya berlokasi di pasar lama Benhil.

Tepat di sebelah TPS Pasar Benhil, tampak tenda besar yang membentuk huruf L. Di bawah tenda ini terdapat para pedagang takjil atau menu makanan untuk berbuka puasa. Tempat ini dikenal dengan sebutan bazar Ramadhan atau pasar takjil. Pasar ini beroperasi setiap hari dari pukul 11.00 hingga 19.00 WIB selama bulan Ramadhan.

Kembali lagi ke TPS Pasar Benhil. Di TPS ini, setiap lantainya terdapat los atau toko yang terbagi berdasarkan jenis barang dagangan yang diperjualbelikan. Pada lantai dasar gedung ini terdiri atas pedagang sembako, sepert buah dan sayur, ikan, daging, hingga toko emas dan alat-alat elektronik.

Sementara di lantai satu, pembeli dapat menemukan aneka toko mainan, kue kering, peralatan rumah tangga, toko plastik. Terakhir, di lantai teratas gedung ini menampung para penjahit pakaian dan juga beberapa warung makan atau sejenis foodcourt.

Siang itu, keadaan TPS Pasar Benhil sedang sepi pembeli. Tidak ada transaksi jual beli yang terjadi di sana. Begitu juga dengan beberapa toko yang terlihat tutup. Seperti di lantai dasar, sejumlah toko alat elektronik tertutup rolling door berwarna perak.

Gedung itu memang terlihat kokoh. Lantainya terbuat dari tegel berwarna putih. Namun, cat dinding gedung itu terlihat mulai usang dan terkelupas. Di beberapa sudut bangunan pun tampak tumpukan sampah, sisa dari dagangan para penjual sayur maupun buah-buahan.

Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta, Mualif, mengatakan, rencananya Pasar Benhil akan terintegrasi dengan jalur transportasi umum moda raya terpadu (MRT). Ia menyebut, hal ini dilakukan mengingat lokasi pasar yang berada di jalan protokol, yakni Jalan Jenderal Sudirman.

“Karena berada di wilayah bisnis, jadi nanti pada prinsipnya pasar itu akan terintegrasi dengan jalur MRT, kemudian akan dikondisikan konsep pasarnya tidak hanya pasar tradisional, tapi juga akan mengakomodasi secara konsep modern nantinya,” kata Mualif kepada Republika beberapa waktu lalu.

Revitalisasi Pasar Benhil sendiri telah direncanakan sejak 2015 lalu. Namun, kata Mualif, proses pembangunan pasar modern itu sempat terhambat karena adanya proses pembangunan jalur MRT.

Ia menyebut, jalur MRT yang berada di bawah tanah (underground) itu menjadi kendala revitalisasi Pasar Benhil. Sebab, kata dia, revitalisasi baru akan berjalan jika pembangunan jalur MRT telah selesai. Dengan begitu, sampai saat ini pengerjaan revitalisasi itu belum juga rampung.

Namun, kini jalur MRT telah selesai dibangun dan bahkan telah beroperasi. Mualif menyebut, pembangunan revitalisasi Pasar Benhil dapat berjalan. “Sekarang proses pembangunannya sedang berjalan. Kalau peresentasenya karena saya belum cek lapangan ya, tapi yang jelas pembangunannya sudah berjalan dan itu nantinya akan jadi pasar modern,” tutur dia.

Hal serupa disampaikan Direktur Utama Perumda (Dirut PD) Pasar Jaya, Arief Nasrudin. Ia menjelaskan, molornya pembangunan revitalisasi Pasar Benhil karena terkendala banyaknya dinamika perubahan-perubahan dari penataan kota. Ia mencontohkan MRT.

Arief menyebut, hal itu membuat pihaknya harus kembali mengulang dan mengubah desain revitalisasi Pasar Benhil. Dengan begitu, proses-proses seperti itu memang tidak bisa dihindari dan membuat pembangunan jadi tertunda.

Namun, Arief menuturkan, hal itu pada akhirnya juga akan bermanfaat bagi para pedagang yang nantinya akan membuka usaha di sana. Ia menjelaskan, dari segi pembangunan, berdasarkan rencana semula tidak akan memakan waktu lama. Kurang lebih sekitar dua tahun, wujud bangunan Pasar Benhil yang baru sudah akan kelihatan.

Ia menegaskan, proses pembangunan memang membutuhkan waktu. Sebab, pihak PD Pasar Jaya juga harus mematuhi semua aturan main yang diterapkan dalam pembangunan dan tata kota.

Arief pun menegaskan, nantinya pasar modern Benhil yang memiliki luas 1,8 hektare itu tetap akan diprioritaskan bagi para pedagang dari pasar tradisional atau pasar lama Benhil. Tetapi, juga akan digabung dengan beberapa kegiatan lain, seperti hotel. “Iya, tetap prioritas kita akan mengakomodir para pedagang lama,” kata dia.

Ia berharap, pada 2022, bangunan Pasar Benhil dengan wajah baru dan bertaraf internasional itu sudah dapat terlihat wujudnya sehingga para pedagang dapat segera berjualan di tempat yang baru.

Namun, kondisi pasar yang terus menerus sepi dikeluhkan pada pedagang. Meriani, salah satu pedagang elektronik di TPS tersebut, mengaku kondisi seperti ini terjadi hampir setiap hari. Ia bahkan mengaku, sejak pindah ke TPS Pasar Benhil, pendapatannya berkurang hingga 50 persen.

“Dulu biasanya bisa dapat sekitar Rp 5 jutaan sebulan, sekarang paling Rp 2 juta, itu pun sudah susah payah nyarinya,” kata perempuan berusia 60 tahun itu.

Hal itu, kata dia, disebabkan kondisi pasar yang lebih sempit dibandingkan sebelumnya. Pada toko yang berukuran kira-kira hanya 1x1,5 meter itu, ia memajang semua barang dagangannya, mulai dari bola lampu, berbagai jenis dan ukuran stop kontak, hingga kipas angin berukuran kecil.

Selain itu, letak toko serupa yang berdekatan membuat daya saing semakin tinggi. Terkadang, ia harus menurunkan harga cukup besar agar barang dagangannya bisa terjual. Penyebab lainnya, menurut Meri, panggilan akrabnya, adalah semakin banyaknya bermunculan aplikasi jual beli secara daring.

Ia menilai, keberadaan toko daring cukup memberi pengaruh besar terhadap pedagang tradisional seperti dirinya. Menurut perempuan asal Kalimantan Barat ini, toko daring memberikan berbagai macam kemudahan yang tidak bisa ia tawarkan kepada pembeli.

Seperti kemudahan dalam mencari berbagai kebutuhan hanya melalui telepon genggam tanpa perlu jauh-jauh mendatangi pasar atau toko tradisional. Tidak hanya itu, berbagai diskon yang ditawarkan pun kadang cukup besar. Sehingga, masyarakat lebih memilih untuk berbelanja secara daring. “Terasa sekali sih pengaruh dari toko daring itu,” ujar Meri mengeluh.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement