Ahad 26 May 2019 19:09 WIB

Hadapi Kemarau, Indramayu Buat Jadwal Gilir Air

Potensi kekeringan kerap mengancam sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu.

Kolam yang kekeringan di musim kemarau (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kolam yang kekeringan di musim kemarau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki musim kemarau, potensi kekeringan kerap mengancam sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu. Untuk mengantisipasi hal itu, Pemkab Indramayu telah membuat jadwal gilir penggelontoran air dari hulu ke hilir.

Jadwal tersebut tertuang dalam surat bernomor 611/1905/D.PUPR-IM tentang Pengelolaan Distribusi Air Saluran Induk Cipelng. Surat tertanggal 21 Mei 2019 itu ditandatangani oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Indramayu, Omarsyah.

Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa air Saluran Induk Barat digelontorkan ke wilayah kerja UPTD Losarang selama delapan hari (8 X 24 jam) mulai Kamis, 23 Mei 2019 pukul 07.00 WIB. Untuk teknis pembagian tiap-tiap areal lahan, diserahkan ke UPTD PSDA Losarang dengan memprioritaskan areal kritis.

Selain itu, menugaskan kepala UPTD Bangodua dan kepala UPTD Cikedung sebagai alur penggelontoran air dari hulu ke hilir Saluran Induk Barat, agar dapat berkoordinasi dengan jajarannya. Hal itu untuk membantu penyelamatan tanaman padi dari ancaman kekeringan di wilayah kerja UPTD PSDA Losarang.

‘’Saya minta agar jadwal ini dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab,’’ tukas Omarsyah, dalam surat tersebut.

Terpisah, Dandim 0616/Indramayu, Letkol Agung Nur Cahyo, meminta agar semua pihak untuk membantu mengawasi jadwal tersebut. Dia menegaskan, jajarannya pun akan siap mengawal agar jadwal itu ditaati.

‘’Jika ada indikasi mafia air, tolong segera laporkan. (Mafia air) tidak boleh ada dan tidak boleh dipelihara,’’ tegas Agung, Ahad (27/5).

Agung menambahkan, berdasarkan laporan yang diterimanya dari sejumlah koramil, daerah-daerah yang saat ini sudah mengeluhkan kekurangan air adalah Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Losarang. Padahal, umur tanaman padi di kedua wilayah tersebut rata-rata baru sekitar satu sampai dua minggu.

‘’Jadi sedang sangat membutuhkan air,’’ kata Agung. 

Agung berharap, kekeringan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya tidak lagi terjadi kali ini. Untuk itu, upaya antisipasi, termasuk dengan jadwal giliran air, harus benar-benar terealisasi di lapangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement